Selasa, 27 Februari 2018

Sibling Rivalry



Saya anak sulung dari 3 bersaudara. Selisih usia kami cukup jauh, saya dan adik kedua saya, Bagus, selisih 4 tahun. Sedangkan Bagus dan adik ketiga saya, Puput selisih 6 tahun. Jika saya ingat-ingat saya dulu hampir selalu bertengkar dengan adik saya Bagus. Setelah saya renungkan dan membaca berita yang beredar saya mengambil kesimpulan bahwa saya mengalami syndrom sibling rivalry. Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau sesuatu yang lebih. Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan.

Saat Puput lahir, masih ada pertengkaran namun sudah tidak separah saat dengan Bagus. Bagi saya sibling rivalry dengan Bagus tidak terlalu berdampak buruk, namun bagi Bagus sepertinya persaingan itu cukup berdampak pada hubungannya dengan kawan-kawan perempuannya. Ada semacam trauma pada perempuan karena pengalaman buruknya dengan saya, maaf ya Gus. Namun setelah kami beranjak dewasa kami sudah mampu bijak menempatkan diri dan menjaga hubungan persaudaraan kami. Apalagi Bagus, dia sangat perhatian dengan Puput, sedangkan saya? Tetep saja sikap cuek masih mendominasi.

Ketika saya hamil anak kedua ada rasa khawatir dalam hati apabila pengalaman kecemburuan saya pada adik saya terulang pada Fidza dan adiknya. Saat Hanna lahir memang perhatian banyak tersedot kepada Hanna, namun saya dan suami berusaha melibatkan Fidza dan memberikan perhatian kepadanya. Memang masih ada kecemburuan dari Fidza, namun saat saya evaluasi sesungguhnya itu adalah bentuk perhatian kepada adiknya. Fidza marah jika sedikit-sedikit disalahkan saat bermain-main dengan adiknya. Oleh karenanya saya berusaha agar mengingatkan Fidza selembut mungkin ketika terlihat kegemasannya pada Hanna mulai mengkhawatirkan.

Salah satu yang saya pelajari dalam penanganan syndrom sibling rivalry adalah bahwa orang tua memegang peranan penting dalam menjembatani hubungan anak-anaknya. Bertengkar boleh-boleh saja, karena dari sana anak-anak akan belajar menyelesaikan permasalahan mereka. Orang tua lebih kepada penengah yang mengarahkan anak-anak kepada penyelesaian. Bukan untuk mengadili apalagi menyalahkan saudara yang lebih tua dan memintanya selalu mengalah. Namun lebih menekankan untuk saling menghargai, saling meminta maaf jika ada yang salah, menghormati hak milik masing-masing, serta saling menyayangi. Satu hal yang tidak boleh dilakukan oleh orang tua adalah membandingkan antara anak satu dan lainnya, hargailah setiap kelebihan dan kekurangan masing-masing anak karena setiap orang dari mereka terlahir istimewa.

#Onedayonepost #ODOPbatch5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar