Jumat, 30 Maret 2018

Cinta Tanpa Syarat



Seperti biasa menjelang pukul 21.00 saya menjadi alarm untuk Hafidza 5y 6m untuk bergegas tidur agar esoknya tidak terlambat bangun.
"Fidza ayo bobok, baca doa dulu sebelum bobok, ayo kalo nggak segera bobok besok terlambat bangun", ujar saya.
"Aku nggak mau sekolah, temanku nggak mau mainan sama aku", ujarnya mulai mengajukan berbagai alasan agar tidak sekolah. Dulu saya sempat galau, tapi semakin ditelusuri permasalahannya adalah kurangnya skill komunikasi anak saya. Karena fidza sudah terpapar youtube dan menyukai tayangan berbahasa inggris, dia jadi kurang kosakata bahasa indonesia. Tidak jarang dia mengenal kosakata inggris lebih dulu sebelum bahasa indonesianya. "Umi candid candy itu bahasa indonesianya apa", tanyanya suatu hari. Saya sempat berpikir keras, ternyata dia mengacu pada permen kegemarannya. "Cotton candy ta maksudnya?", ujar saya membenarkan pengucapannya, bagaimanapun juga dia mendengarkan dari youtube, jadi seringkali pengucapannya salah. "Cotton candy itu permen kapas", di lain kesempatan saat saya tes Fidza, ternyata dia tidak tau bahwa blue itu biru, black itu hitam, pink itu merah muda. Dan ternyata hal ini berimbas pada komunikasinya dengan teman-temannya, dan membuatnya malas ke sekolah.

Terlepas dari itu kami masih berusaha agar Fidza mau ke sekolah, dan seringkali ketika pulang dia berkata, "Umi aku suka sekolah, temanku suka mainan sama aku", kata-kata itu membuat saya lega. Tapi ternyata siklus berulang, saat waktunya sekolah dia kembali malas dan mengajukan beribu alasan. Ah memang orang tua dituntut untuk memiliki stock sabar berlebih ya..

Seperti halnya malam ini ketika menjelang tidur Fidza mengajukan argumennya lagi, "Kalo aku nggak bawa boneka snacking lily, Dzakiya nggak mau mainan sama aku. Kalo Dzakiya nggak mau mainan sama aku, aku gak mau sekolah", ujarnya lagi. "Iya besok bangun pagi-pagi lalu bonekanya dicari ya", saya mencoba menenangkan. "Kalo besok pagi sudah nggak sempat, aku nggak mau sekolah", tegasnya nggak mau kalah. Hal ini diulang dan diulang hingga waktu menunjukkan pukul 22.00. Saya lelah, saat itu kebetulan Hanna sudah tidur. Lalu saya pun berbaring di samping Fidza yang tidur di kasur bawah ditemani abinya. "Ayo sini umi kelonin", ujar saya. Saya peluk anak saya, lalu olehnya tangan saya dipeluk dengan erat.

Saya pun terharu, sudah lama saya tak bisa mengeloninya karena sibuk dengan adiknya yang bayi. Saya tidur di kasur atas dengan bayi Hanna, sedangkan Fidza di bawah bersama abinya. Tak terasa butiran hangat membasahi pipi saya, teringat hari-hari yang terlewat tanpa pelukan erat dan kecupan sayang. Fidza pun sesenggukan, kami sama-sama menangis seolah baru terpisah sekian lama. "Yayang kenapa nangis?", tanya suami di samping Fidza yang sedang menghadap laptop untuk lembur mengerjakan proposal. "Umi lama gak ngeloni Fidza", ujar saya, lalu saya kecup kening Fidza sambil mengucap, "Maafkan umi ya nak, umi kurang perhatian sama kamu".

Fidza menangis semakin keras, "Umi, jika umi meninggal bagaimana?", saya terhenyak, entah kenapa tiba-tiba Fidza menanyakan hal itu. "Jika sudah waktunya umi meninggal Fidza doakan umi ya, Fidza jadi anak yang shalehah ya, agar doanya didengar Allah", jawab saya. "Aku nggak mau umi meninggal, huaaaa", ujarnya lagi. "Fidza berdoa ya sama Allah, agar umi dikasih sehat. Fidza jangan lupa bersyukur sama Allah sudah dikasih umur dan kesehatan buat abi dan umi sehingga bisa menemani Fidza sampai sekarang", ucap saya sesenggukan, dia begitu takut kehilangan kami. Saya mencoba mencairkan suasana, "Mbak Fidza mau susu?", dia mengangguk, lantas saya keluar kamar membuatkannya susu.

Saat saya kembali, suami saya berkata, "Tadi Fidza tanya, kalo abi dan umi meninggal aku bagaimana?". Saya serahkan susu kepadanya yang segera diteguknya hingga kandas. "Fidza belajar mandiri ya, kalo abi dan umi meninggal kan masih ada mama dan papa(tante dan omnya), ada uti, dan ada Allah yang selalu menemani kita. Allah itu kekal, jadi Fidza harus bergantung hanya kepada Allah", jelas saya kepada Fidza.

"Mbak Fidza selalu taat sama Allah ya, jika kita semua selalu taat sama Allah, kelak setelah kita semua meninggal, di akhirat kita akan dikumpulkan di surga. Surga itu tempat yang sangaat indah, tempatnya orang-orang yang taat", jelas saya mencoba menanamkan tauhid kepada Fidza. Fidza mengangguk, entah dia paham atau tidak, tapi seringkali anak yang kita pandang belum tau apa-apa memiliki pemahaman di luar ekspektasi kita.

"Aku nggak bisa doa buat abi umi", ujar Fidza lagi. Saya melihat abinya di depan laptop mengusap matanya, saya tau dia pun terharu tapi berusaha menyembunyikannya. Saya pernah mengajarkan Fidza doa ini, tapi kali ini saya harap dia memahami makna dari doa, "rabbighfirli waliwaa lidaia warhamhumaa kamaa rabbayaani saghiiraa", ujar kami menjawab pertanyaannya. "Tolong doakan kami ya nak, karena doa Fidza bisa menolong abi umi saat di akhirat nanti", ujar saya lagi. Kami berpelukan erat, "Umi, maafkan Fidza ya", ujarnya. "Maafkan umi juga ya nak"

Ah, sekali lagi kami belajar kepadamu anakku, wahai guru kecilku. Kau ajarkan kepada kami untuk mencinta, bagaimana mencintai tanpa syarat. Trima kasih, bidadari kecilku.

Surabaya, 8 januari 2018

Dari umimu yang masih belajar menjadi orang tua yang baik untukmu

Minggu, 18 Maret 2018

Testimoni Grup Merkurius Maju Terus



Pada akhirnya sebuah pertemuan akan berujung perpisahan. Itulah yang saya rasakan di grup Merkurius ODOP Batch 5. Sekitar dua bulan kami bersama di grup Merkurius, kami ngobrol untuk sharing, bercanda, maupun saling menyemangati agar bisa lulus bersama. Memang tak banyak dari kami yang tersisa, hanya sepuluh orang dari 27 peserta saat grup ini mulai dibentuk. Namun semoga yang sepuluh ini adalah bibit unggulan yang kelak akan menorehkan prestasi di bidang kepenulisan.

Saya akan sedikit bercerita tentang kawan-kawan saya di grup Merkurius, ada pak Puh Agus yang selalu bersemangat dan memotivasi anggota grup. Mbak Nurul yang suka bikin rame dan pandai menyanyi, Iya md yang suka muncul dengan emoticon nasi dan es krim. Ada mbak Fitri yang ternyata jebolan Forum Lingkar\ Pena (FLP) dan tulisannya oke. Mas Ofi yang ternyata suka ikut lomba blog dan tulisannya sering dimuat di website Kompasiana. Mas Ivan yang juga anggota FLP dan suka berpuisi. Mbak Aisyah yang sharing-nya kece. Trus ada mbak Floren yang kalo kasih kritik saran waktu bedah tulisan selalu paling detail. Mbak Umi yang sesekali muncul saat deadline, dan tentu saja saya.

Di grup kami ada para penanggung jawab (pije) yang selalu mengingatkan akan tugas kami dan tidak segan membagikan ilmu-ilmunya. Ada mbak Renee yang suka nimbrung dan ikut bercanda dengan kami, karena sering berinteraksi maka dialah yang paling akrab dan bisa berbaur dengan anggota grup. Lalu mas Yoga yang keren sekali tulisannya, dia ahli di bidang fiksi. Ada mbak Hanum yang muncul sesekali, juga mas Heru yang blognya banyak diisi dengan cerita pewayangan. Lalu ada juga mak Anis yang jago nge-blog dan pak ketua MS Wijaya yang sesekali ikut nimbrung.

Banyak sekali ilmu yang kami dapatkan selama berinteraksi di grup. Terutama saat momen bedah tulisan, kami jadi lebih memahami hal-hal teknis terkait PUEBI, prolog, sudut pandang bercerita, dan ilmu-ilmu dasar dalam menulis. Saya yang masih pemula merasa sangat terbantu dengan adanya bedah tulisan ini. Dan karena momen bedah tulisan jualah saya merasa sedih jika pada akhirnya grup Merkurius akan dibubarkan.

Namun bagaimanapun juga roda kehidupan akan terus berputar. Sudah saatnya kami melangkah lebih jauh lagi setelah lulus di level pertama ODOP ini. Nantinya kami akan memilih apakah akan masuk di kelas fiksi atau non fiksi dan lebih mendalaminya. Selain kedua kelas ini juga ada kelas RCO yang melatih kita untuk rutin membaca, karena membaca dan menulis sejatinya tidak bisa dipisahkan. Harapan saya setelah melewati setiap tahap di ODOP ini, saya dan kawan-kawan akan semakin berkembang dan meraih prestasi demi prestasi di dunia kepenulisan, insyaAllah.

#Onedayonepost #ODOPbatch5

Sabtu, 17 Maret 2018

Bintang 3 mm - Return (0);

Return (0);


Di sebuah gedung yang besar di kampus UI telah ditata menjadi arena lomba robot KRI dengan berbagai rintangan sesuai dengan jenis robotnya. Arena perlombaan robot soccer dibuat semacam lapangan bola mini. Arena perlombaan robot seni berupa lapangan mini tempat para robot tampil unjuk gigi. Arena perlombaan pemadam api, yakni robot yang dikerjakan tim Ahmad berupa labirin dengan beberapa ruangan yang telah ditaruh sebuah lilin untuk dipadamkan. Dan terakhir adalah arena robot tracking line berupa lapangan mini yang dilengkapi garis putih berkelak kelok sebagai track yang akan dilintasi oleh robot-robot peserta lomba.

Hari pertama menjadi kesempatan untuk para peserta melakukan tes lapangan, mencoba robotnya di arena yang disediakan dengan tantangannya yang dibuat cukup rumit. Di sana tim Ahmad juga sekaligus mengamati robot tim lawan, mencatat kelebihan dan kekurangannya untuk kemudian dijadikan perbandingan agar robot timnya bisa lebih baik. Setelah melakukan tes lapangan dan mendapatkan data yang cukup tentang lawan yang akan mereka hadapi, Ahmad dan kawan-kawannya diajak kembali ke apartemen oleh pak Lukman. Sesampainya di apartemen pak Lukman mengadakan sebuah rapat.

"Tadi sudah kalian tes lapangan ya robotnya. Sepertinya gerak belok robot kita masih kurang cepat, coba dibikin algoritmanya agar bisa lebih cepat. Juga lakukan perbandingan jarak agar mendahulukan untuk memadamkan api terdekat. Tadi saya lihat musuh paling kuat adalah tim robot tuan rumah. Kalian sudah mencatat keunggulan mereka kan. Kalian harus mampu mencari poin agar kalian mampu mengalahkannya. Nah, sekarang ayo bekerja di waktu yang sempit ini. Bismillah," terang pak Lukman panjang lebar sekaligus memberi semangat kepada tim bimbingannya.

Tanpa membuang waktu lagi tim Ahmad segera bekerja mengejar waktu untuk melakukan perbaikan algoritma program serta memperbaiki kekurangan robotnya dalam menghadapi tantangan di arena. Ahmad sebagai penanggung jawab program memberikan briefing singkat pada teman-temannya dan membagi tugas. Masalah hardware dan rangkaian elektronika hanya dicek sesaat untuk memastikan kondisi robot benar-benar prima untuk perlombaan. Setelahnya mereka fokus untuk memperbaiki algoritma program agar robot bisa memenangkan pertandingan.

Lewat tengah malam tim Ahmad masih sibuk dengan coding-annya.
"Kayaknya malam ini kita nggak boleh tidur nih," ujar Hari sambil mengucek matanya yang mulai mengantuk.
"Tadi pak Lukman keluar katanya mau mbelikan makanan dan kopi," Deni menjawab sambil meregangkan badan. Ahmad begitu fokus dengan pekerjaannya sehingga tidak mempedulikan obrolan kawan-kawannya.
"Eh lihat Samsul, diam-diam matanya merem," ujar Deni, ide usil mampir di benaknya. Dia mengambil spidol lantas menggambari muka Samsul, Hari tertawa cekikikan, Ahmad hanya geleng-geleng kepala.

Kepala Samsul makin tertunduk mengenai laptopnya, dia pun terbangun lantas mengelap iler.
"Duh aku tertidur, sorry mas, capek banget rasanya," ujar Samsul sambil mengucek matanya.
"Cuci muka sono biar nggak ngantuk," ujar Hari sambil menaham tawa. Samsul pun berjalan sempoyongan menuju kamar mandi. Di kamar mandi dia baru akan mencuci muka di wastafel yang dilengkapi kaca, dia langsung berteriak.
"Sapa yang coret-coret mukaku? Pasti mas Deni ya?" ujarnya sambil berjalan menuju Deni.
"Kamu kok langsung tau sih?" tanya Deni sambil berlari menghindari serangan Samsul yang sudah memegang spidol di tangannya.
"Nggak mungkin mas Hari atau mas Ahmad, di sini yang suka usil cuma sampeyan," ujar Samsul sambil mengejar Deni, Hari dan Ahmad tergelak, seketika ngantuk mereka hilang. Sebelum sempat melakukan pembalasan, pak Lukman membuka pintu, Samsul segera berlari ke kamar mandi membersihkan mukanya yang penuh coretan. Deni yang merasa terselamatkan segera duduk kembali di depan laptopnya. Pak Lukman membawakan snack dan minuman, Ahmad dan teman-temannya segera menyerbu makanan yang datang.

Keesokan harinya Ahmad dan timnya sudah siap menghadapi perlombaan. Semalam mereka hanya bisa tidur sekitar dua jam, satu jam sebelum subuh, dan satu jam setelah shalat subuh. Sekitar jam 6 mereka harus kembali bersiap untuk lomba yang akan dimulai pukul 8. Setelah bersih diri bergantian mereka menyiapkan robot sejenak, berkemas, lantas berangkat. Mereka mampir sarapan sebentar lalu segera menuju arena perlombaan. Mendadak arena menjadi penuh dengan peserta dan supporter-nya yang kemungkinan baru menyusul hari ini. Tim tuan rumah tentunya yang paling ramai pendukungnya.

Ahmad dan\ kawan-kawannya menata segala keperluan, lomba babak penyisihan pun dimulai. Babak pertama tim PENS melawan tim dari Jogja. Tim Ahmad bisa melewati rintangan dengan cepat dan memadamkan api yang ditempatkan di beberapa sudut labirin. Babak pertama PENS menang, Ahmad dan kawan-kawannya bersorak gembira. Mereka segera mengambil baterai robot dan melakukan pengisian ulang, tak lupa mereka mengecek kondisi robot agar siap di pertandingan selanjutnya. Setelah pertandingan beberapa tim lain di babak penyisihan selesai, tibalah babak perempat final. PENS berhadapan dengan tim ITB. Robot dari ITB cukup kuat, kecepatan robot hampir sama dengan robot PENS. Namun sepertinya robot PENS lebih unggul di algoritma pencarian dan deteksi panas api. Kemenangan pun diperoleh oleh Ahmad dan kawan-kawannya, mereka sangat bersyukur karena kali ini lawan mereka cukup berat.

Babak final pun tiba, tim dari PENS berhadapan dengan tim tuan rumah yakni UI. Ahmad dan kawan-kawannya sangat tegang selama pertandingan. Robot dari UI memiliki kecepatan dan algoritma pencarian yang seimbang dengan robot PENS. Kedua robot bersaing memadamkan api yang diletakkan di ruang terpisah dalam labirin rumit dengan banyak tikungan. Rintangan demi rintangan mereka lewati, dan robot PENS pun juara dengan selisih waktu hanya sekian detik. Ahmad segera melakukan sujud syukur, dia dan timnya mengucapkan syukur yang tiada terkira, mereka merasa perjuangan selama ini tak sia-sia. Sungguh sebuah pengalaman yang sangat berkesan bagi Ahmad dan teman-temannya, mereka telah memperoleh sebuah prestasi membanggakan yang akan selalu terkenang sebagai sebuah kisah manis untuk masa depan.

https://www.youtube.com/watch?v=pQCQ-EKABhU

#Onedayonepost #ODOPbatch5 #Tantangan7&8

Kamis, 15 Maret 2018

Bintang 3 mm - Switch Case

Switch Case


Samsul, Hari, dan Deni menyusuri lorong rumah sakit. Mereka masuk ke sebuah kamar kelas satu, didapatinya Ahmad yang tengah menunggui bapaknya. Ahmad segera berdiri menyambut kawan-kawannya dan mempersilakan mereka duduk.
"Alhamdulillah bapak sudah melewati masa kritis, insyaallah besok sudah boleh pulang," terang Ahmad mengenai kondisi bapaknya yang saat itu sedang tidur.
"Iya gakpapa Mad, kamu fokus merawat bapakmu dulu aja," jawab Hari.
"Tapi perlombaan tinggal lima hari lagi," ujar Ahmad sedih.
"Ah, tenang saja. Kami juga sedang meneruskan coding-anmu kok. Walaupun kami agak kesulitan karena yang paham detail sebuah program kan yang buat, hehe. Untung kamu kasih keterangan di setiap code bikinanmu" kilah Deni menenangkan.
"Besok begitu bapakku pulang aku langsung ke basecamp. Inipun sambil nunggu bapak aku juga menyempatkan ngoding kok" ujar Ahmad lagi.
"Mas Ahmad selalu paling all out kalo kerja, gak kayak mas Deni," celetuk Samsul bercanda.
"Hei, aku juga all out tau," sergah Deni tak mau kalah. Semua pun tergelak.

Sesuai prediksi, keesokan harinya bapak Ahmad sudah boleh pulang. Ahmad menuntun dan mengantar bapaknya hingga sampai rumah. Sesampainya di rumah Ahmad beristirahat setelah dua hari begadang menunggui bapaknya. Begitu dia bangun hari sudah sore, Ahmad bersiap lantas meminta ijin mamanya untuk pergi ke basecamp. Waktu sudah semakin sempit sementara masih ada beberapa revisi yang harus diselesaikan.

Sampai di basecamp Ahmad disambut kawan-kawannya. Mereka segera berunding dan menunjukkan pekerjaan yang dilakukan selama Ahmad absen. Ahmad segera menekuni kembali laptopnya untuk meneruskan revisi program. Hari dan Deni asyik mengutak utik robot. Sedangkan Samsul melanjutkan program yang menjadi bagiannya.

H-2 dilakukan gladi bersih di hadapan para dosen. Mereka melakukan presentasi dan menunjukkan sejauh apa hasil pekerjaan mereka selama ini. Para dosen mengevaluasi bahwa robot mereka layak untuk dilombakan dua hari lagi. Setelah selesai melakukan presentasi robot buatan mereka, para dosen pun memutuskan tim Ahmad siap menghadapi lomba KRI di UI. Ahmad dan teman-temannya berpelukan, namun ini bukanlah akhir perjuangan. Tantangan yang sesungguhnya tengah menanti di laga perlombaan robot KRI.

Malamnya Ahmad berpamitan kepada orang tuanya untuk berangkat keesokan harinya, ada rasa berat di sudut hatinya meninggalakan orang tuanya walaupun tidak lama.
"Ma, Pak, besok pagi Ahmad berangkat ke Jakarta. Lusa rangkaian perlombaan KRI dimulai dan kami harus sudah stand by untuk tes lapangan dan sebagainya," pamit Ahmad kepada mama dan bapaknya.
"Iya kamu hati-hati ya. Berikhtiarlah dengan maksimal lalu bertawakkallah. Mama dan bapak akan mendoakan dari rumah semoga kau berhasil mendapatkan hasil yang terbaik," petuah mamanya panjang lebar.
"Kamu nggak usah mengkhawatirkan bapak. Bapak baik-baik saja," ujar bapak Ahmad seolah bisa membaca kekhawatiran anaknya.
"Makasih Ma, Pak..." ujar Ahmad sambil memeluk kedua orang tuanya.

Pagi-pagi keesokan harinya Ahmad berangkat menuju basecamp tempat mereka berkumpul sebelum berangkat bersama. Semua keperluan perlombaan, robot, serta segala peralatan telah di-packing dalam sebuah koper besar. Dengan menaiki bus kampus tim Ahmad dan tiga tim robot lainnya diantar menuju stasiun. Mereka naik kereta api menuju Jakarta.

#Onedayonepost #ODOPbatch5 #Tantangan7&8

Rabu, 14 Maret 2018

Doa Penghujung Malam

Beban di mata tak mampu kutahan
Kuhempas badan di atas peraduan
Lelah jiwa raga ikut kulepas
Ingin kukumpul tenaga tuk esok lebih baik

Kupandang suami dan anak-anak
Bersama mereka kulewati hari
Ada suka tawa, ada tangis duka
Namun dengan segala warna
Pelangi menjadi indah

Jadi kenapa harus mengeluh?
Jadi kenapa tak bersyukur?
Robbana..
Semoga Kau limpahkan barokah
Semoga Kau jadikan sabar dan syukur
Menjadi warna hidup kami
Semoga Kau kumpulkan kami

Dalam jannahMu
Nan indah
Nan nyaman
Nan abadi
Aamiin

#Onedayonepost #ODOPbatch5

Bintang 3mm - Overshoot

Overshoot


H-7 lomba robot KRI akan dilaksanakan di UI, Ahmad dan kawan-kawannya mulai bersiap apa saja yang mereka butuhkan menjelang perlombaan. Beberapa kali mereka harus melakukan uji coba dan presentasi kepada para dosen yang akan menilai dan memberikan evaluasi serta masukan. Banyak revisi yang harus mereka lakukan, yang artinya tentu saja membuat coding lagi atau bahkan bongkar pasang body robot dan rangkaian elektronika. Namun jika semua itu demi perbaikan mereka rela melaksanakannya.

"Ahmad, tolong coding-annya kamu buat supaya robot ini bisa mendeteksi halangan sejauh 10 cm dan segera menghindar. Kita butuh kecepatan 10 cm/s supaya bisa menyelesaikan tantangan dengan cepat. Pergerakan mulai dari gerak lurus, belok, dan mematikan api harus dilakukan dengan kecepatan maksimum tanpa menimbulkan tabrakan," jelas pak Lukman panjang lebar.
"Baik pak," jawab Ahmad sambil memutar otak, dia harus menyesuaikan permintaan dengan program yang sudah jadi.
"Hari dan Deni, kemarin waktu presentasi robot sempat mogok. Kalian harus mencari penyebab dan penyelesaiannya. Jangan sampai hal itu terjadi waktu perlombaan," instruksi pak Lukman kepada Hari dan Deni yang bertanggung jawab di kerangka robot dan rangkaian elektronikanya.
"Samsul, kamu fokus bantu Ahmad saja supaya permasalahan program bisa segera diselesaikan," ujar pak Lukman lagi.
"Baik Pak," jawab Hari, Deni, dan Samsul.
"Bagus, waktu kita tak banyak lagi. Tolong jadikan tim ini sebagai prioritas kalian," tutup pak Lukman.

Ketegangan tim robot semakin memuncak. Ahmad dan kawan-kawannnya hampir-hampir tidak pulang ke rumah atau ke kosan mereka. Mereka terus bekerja menyelesaikan robot yang akan dilombakan, berhenti hanya untuk makan, ke toilet, shalat, atau kuliah. Bahkan tidur mereka sangat kurang, tak jarang mereka lembur sampai lewat tengah malam.

"Matamu sudah kayak panda, Mad," kelakar Deni pada Ahmad.
"Ngaca dulu sebelum ngomong," balas Ahmad tak mau kalah.
"Kita ini sudah kayak gembel ya, makan gak tentu, tidur beralaskan tikar, jarang mandi, wkwk," ujar Hari disambut gelak tawa kawan-kawannya.
"Aku pulang juga selalu kena omelan emak," ujar Samsul sambil meringis. Mereka menertawai hidup mereka yang makin mengenaskan.

"Eh, tiket dan akomodasi di UI sudah beres apa belum?", tanya Hari mengingatkan.
"Itu tugas Samsul, Har," jawab Deni.
"Sudah mas, kita naik kereta bisnis sehari sebelum pembukaan. Nginep di apartemen," jawab Samsul mantap.
"Sipp deh," ujar Hari, Deni, dan Ahmad bersamaan.

Handphone Ahmad tiba-tiba berdering. Ahmad mengangkatnya lalu seketika itu wajahnya menjadi pucat.
"Aku harus pulang sekarang, bapakku kena serangan stroke lagi. Sekarang di UGD," ujar Ahmad panik sambil membereskan barangnya. Kawan-kawan Ahmad melongo, antara kaget dan pikiran tentang deadline lomba yang kurang sepekan menari di kepala mereka.
"Semoga bapakmu cepat sembuh ya," ujar Hari.
"Iya, makasih. Aku duluan," jawab Ahmad cepat.
"Hati-hati, Mas," sahut Samsul.
"Ntar kita juga nyusul insyaallah," tambah Deni yang disambut anggukan Ahmad yang segera berlari keluar gedung.

#Onedayonepost #ODOPbatch5 #Tantangan7&8

Selasa, 13 Maret 2018

Bintang 3 mm - Infinite Loop

Infinite Loop


"Hari ini aku kok nggak liat Deni ya?" tanya Hari saat mereka berkumpul di basecamp.
"Ho oh aku juga gak liat," timpal Ahmad sambil terus melihat layar laptopnya.
"Gak lama lagi kita lomba ini anak kok malah ngilang sih," degus Hari dengan nada sebal.
"Mas Deni kemarin bilang tugasnya ngerangkai body sudah beres, dia mau ngerjain tugas kuliahnya numpuk gitu katanya," Samsul pun angkat bicara.
"Lah, gimana sih si Deni. Kita semua punya tugas kuliah, trus gimana donk yang job desk-nya bikin program gak ada habisnya kayak aku," Ahmad mulai terbawa emosi.
"Sudah, ntar aku temuin Deni ke kosannya deh," Hari mencoba meredakan suasana.

Menjelang perlombaan suasana di basecamp jadi semakin menegangkan. Pak Lukman juga tak segan bergabung membantu menyelesaikan kendala yang dirasa rumit untuk dipecahkan. Ahmad yang bertanggung jawab di programming memikul tugas berat karena di poin inilah yang akan menjadi penentu kemenangan mereka. Tentunya teman-temannya juga memiliki tugas penting untuk memastikan seluruh komponen dapat berfungsi maksimal.

"Sorry rek, aku kemarin benar-benar harus ngebut tugas kuliah, sudah deadline. Jadi gimana? Aku bantu apa?" ujar Deni begitu datang di basecamp keesokan harinya.
"Kamu jangan ngilang-ngilang lagi ya, kita sekarang lagi ngebut nih," sahut Hari memperingatkan.
"Iya iyaa.. maaf deh," jawab Deni lagi.
"Sekarang bantuin nyelesaikan pemrograman AI (Artificial Intelligent)-nya sini," Ahmad menambahkan. Samsul yang juga sibuk membuat program hanya mendengarkan lantas kembali tenggelam dalam coding-annya.

Basecamp tim robot berada di salah satu gedung kampus PENS. Di salah satu sudut gedung itu tim robot Ahmad membuat space yang nyaman untuk bekerja dan meletakkan peralatannya. Di sudut lain ada tim robot lainnya. Suasana hampir tidak pernah sepi apalagi menjelang perlombaan, tak jarang mereka menginap di basecamp untuk mengerjakan jobdesk mereka.

"Aku mau cari makan rek, kalian mau ikut apa nitip?" ujar Deni kepada teman-temannya.
"Aku nitip aja, ayam geprek ya," sahut Ahmad yang sedang asyik membuat program. Memang jika sudah tenggelam dengan coding-an mending segera diselesaikan, karena algoritma dan urutan program yang sudah terbayang di kepala bisa-bisa menguap jika tak segera dituangkan dalam code program.
"Aku juga nitip bebek goreng ya," ujar Hari yang sedang membantu Ahmad menyelesaikan program.
"Ok. Sul, kamu ikut aku aja yuk," ajak Deni ke Samsul biar dia nggak luntang luntung sendirian.
"Iyadeh," sahut Samsul kemudian.

Popularitas tim robot sejatinya telah menjadi bahan perbincangan di kampus. Tak jarang para anggota tim robot mulai mendapat perhatian dari para teman seangkatan maupun juniornya.
"Hai, kalian mau lembur lagi ya?" ujar Lina salah satu cewek BEM yang  basecamp-nya sebelahan dengan basecamp tim robot.
"Iya nih, tiada hari tanpa lembur sekarang," jawab Deni yang kebetulan lewat depan basecamp BEM sehabis makan.
"Kita tadi habis rapat, kebetulan snack-nya masih banyak, buat kalian aja nih," ujar Lina yang langsung disambut oleh Deni.
"Wah, makasih ya," sahut Deni gembira.
"Titip salam ke Ahmad ya, " ujar Lina sambil senyum-senyum.
"Berees," timpal Deni disertai acungan jempolnya.

"Nih, titipan kalian," ujar Deni begitu sampai di basecamp.
"Wah, dapat bonus snack nih," timpal Hari.
"Itu dari Lina anak BEM, dia titip salam buat Ahmad, ciee," terang Deni. Ahmad yang sedang asyik ngoding langsung ikut nimbrung.
"Lina sapa?" tanya Ahmad.
"Masak nggak tau sih, dia sering nongkrong di basecamp nya BEM. Yang tinggi jilbaban, anak elektro," terang Deni lagi.
"Cakep mas," sahut Samsul yang sedari tadi menyimak.
"Idih, buat kamu aja kalo gitu," tukas Ahmad sambil makan.
"Lah, dia kan titip salamnya ke kamu. Kok dikasih ke Samsul," sahut Hari dengan mulut penuh.
"Telen dulu makanannya, ntar keselek lho," sahut Deni disambut gelak tawa teman-temannya.

Sejak SMA memang ada beberapa cewek yang menaruh perhatian pada Ahmad. Namun dia selalu abai karena fokus pada pelajaran. Apalagi sejak insyaf saat kelas dua SMA, Ahmad jadi tahu batasan pergaulan dengan lawan jenis. Dengan begitu Ahmad makin menjaga interaksi dengan cewek-cewek di sekitarnya dan tidak mau pacaran.


#Onedayonepost #ODOPbatch5 #Tantangan7&8

Senin, 12 Maret 2018

Bintang 3 mm - Blinking

Blinking


EFIRO (EEPIS Fire Fighting Robot) adalah nama tim Ahmad dan kawan-kawannya, Hari, Deni, dan Samsul serta pak Lukman sebagai pembimbing tim. Sejak tim terbentuk mereka langsung bekerja menyusun target penyelesaian dan membagi jobdesk sesuai keahlian masing-masing anggota. Ahmad kebagian tugas sebagai programmer, Hari sebagai mekanik, Deni sebagai designer hardware, dan Samsul sebagai kru pembantu karena masih junior.

"Gimana Den, kamu kemarin sama Samsul uda dapat motornya?" tanya Hari selagi mereka berkumpul di basecamp.
"Belum nih, udah tiga toko tak datengi pada gak jual," jawab Deni setengah mengeluh.
Ahmad yang sedang asyik melanjutkan coding-an melepaskan tatapannya dari layar, "gimana kalo kita cari ke pasar loak? Besok aku luang siang, sapa yang bisa ikut?" usul Ahmad.
"Aku ada kuliah mas," sergah Samsul.
"Yaudah sama aku aja," Hari menengahi.

Keesokan harinya Ahmad dan Hari pun menjelajahi pasar loak guna mencari barang yang mereka butuhkan. Setelah berkeliling selama berjam-jam akhirnya barang yang dicari bisa ditemukan. Begitulah hari-hari Ahmad sejak berada di tim robot. Dia dan kawan-kawannya harus saling bahu membahu menyelesaikan jobdesk yang sudah disusun. Mereka juga harus pandai-pandai membagi waktu agar tugas kuliah tidak terkesampingkan. Tak jarang mereka harus lembur menahan kantuk, atau bahkan menginap di lab.

"Kita lagi butuh sensor nih, aku coba lihat di online kayaknya lebih murah," ujar Deni malam itu.
"Yaudah beli online aja, menurut timeline pekan ini semua komponen harus sudah terkumpul lho," sergah Hari mengingatkan.
"Jangan lupa coding-an masing-masing buruan dikerjakan ya, coding-anku buat controller sudah hampir selesai," Ahmad menambahkan.
Sebagai programmer utama dia sengaja membagi tugas dengan kawan-kawannya sehingga tidak terlalu berat. Mengingat banyak yang harus diprogram mulai dari controller, artificial intelligent, sensor, dan komunikasi data.

Menjelang deadline Ahmad semakin sibuk dengan pemrograman yang selalu diwarnai bug disana-sini. Begitu juga dengan Hari dan Deni yang masih menyelesaikan body robot dan rangkaian elektronikanya. Samsul sebagai pembantu umum selalu stanby dan siap menolong anggota tim yang membutuhkannya. Pak Lukman juga ikut menolong setiap proses dan membimbing step demi step pengerjaan robot mereka.

Di puncak kesibukan, Ahmad merasa kuliahnya mulai keteteran. Tim robot benar-benar menyita waktu, pikiran, dan tenaganya. Lab menjadi rumah keduanya, tak jarang pulang hanya numpang mandi dan makan. Terkadang mamanya mengeluh dengan rutinitas baru Ahmad.

"Maaf ma, aku nggak bisa ikut acara ke Jogja besok Sabtu. Kerjaanku di tim robot masih banyak, apalagi lomba sudah tidak lama lagi," jelas Ahmad panjang lebar kepada mamanya agar mau mengerti. Jika sudah begitu mamanya tidak bisa protes lagi. Beliau tau perjuangan dan pengorbanan anaknya adalah demi cita-cita dan masa depannya. Orang tua Ahmad hanya bisa mendoakan dan memberikan support agar segala impiannya bisa terwujud.

#Onedayonepost #ODOPbatch5 #Tantangan7&8

Sabtu, 10 Maret 2018

Bintang 3 mm - Jump If Not Zero

Jump If Not Zero


Politeknik Elektronika Negeri Surabaya atau sering disingkat menjadi PENS adalah politeknik ternama yang hampir tiap tahun menyabet juara nasional lomba robot KRI (Kontes Robot Nasional). Pemenang KRI selanjutnya akan mewakili Indonesia di kontes robot internasional, mengagumkan bukan. Keinginan untuk berprestasi di PENS mendorong Ahmad untuk mendaftar di tim robot. Selain keinginan untuk berprestasi, ada sebuah mimpi yang perlahan dia ukir dalam hatinya. Dia berharap suatu saat mampu membuat robot yang bisa menolong orang-orang yang lumpuh. Kondisi ayahnya yang lumpuh meru\pakan latar belakang keinginannya tersebut yang kemudian menjadi salah satu motivasi dan alasan terbesar Ahmad untuk bergabung di tim robot.

Tim robot diseleksi secara ketat berdasarkan prestasi para pendaftar. Meskipun semua jurusan bisa mendaftar, kebanyakan tim robot adalah mahasiswa jurusan Teknik Elektro karena ilmu robotika kebanyakan dipelajari di jurusan tersebut. Ahmad yang berasal dari jurusan Teknik Informatika sempat dicemooh peserta lain, namun dengan membulatkan tekad Ahmad tetap mengikuti serangkaian tes untuk bergabung dalam tim robot PENS. Setelah menjalani setiap tahap seleksi, Ahmad menanti pengumuman siapa saja yang lolos menjadi tim robot. Di hari yang ditentukan, dia segera menghampiri mading dimana pengumuman ditempel dan namanya ada di sana. Ahmad begitu senang, dia sangat bersyukur kepada Allah atas segala kemudahan yang dialaminya.

Dengan berbekal bismillah dan kerja keras, Ahmad mulai menjalani hari-harinya sebagai salah satu tim robot. Ada empat tim yang dibuat sesuai dengan jumlah kategori robot yang dilombakan di KRI. Robot soccer, robot pemadam api, robot seni, dan robot tracking line. Ahmad masuk dalam tim robot pemadam api. Satu tim terdiri dari empat orang dan satu dosen pembimbing. Sejak bergabung di tim robot hidup Ahmad pun tak pernah sama lagi.

Ahmad harus mampu membagi waktunya antara tugas mata kuliah di kelas dan kewajibannya di tim robot. Dia harus banyak belajar ilmu robotika dan mempraktekkannya dalam proses perakitan robot. Mulai dari merancang prototype, mengumpulkan komponen, membuat program, merakit robot, hingga mempermanis tampilan semua dilaksanakan secara cermat karena dana yang digunakan sangat besar.

Tak jarang Ahmad harus lembur dan tidur di lab bersama satu timnya untuk menyelesaikan tahapan pembuatan robot yang harus segera mereka selesaikan. Walaupun melelahkan Ahmad sangat menikmati perjuangannya di tim robot. Dia mendapatkan banyak ilmu dan kawan yang siap menolongnya di saat dia membutuhkan.

#Onedayonepost #ODOPbatch5 #Tantangan7&8

Jumat, 09 Maret 2018

Bintang 3 mm - Stack Overflow

Stack Overflow


Hari-hari menjadi mahasiswa di PENS mulai dijalani Ahmad. Seperti kebiasaannya sebagai orang melankolis, dia berusaha melakukan yang terbaik saat menjalani kehidupan di perkuliahan. Ada kalanya dia merasa begitu mudah menjalani sebuah mata kuliah, ada juga yang sedikit menyusahkannya. Semuanya dia lalui dengan penuh syukur mengingat bagaimana perjuangannya saat mencari kampus.

Tak terasa satu semester telah dijalani Ahmad. Nilai setiap mata kuliah yang diambilnya pun keluar. Dia puas dengan nilainya, rata-rata menunjukkan angka A, AB, atau B, namun ada satu mata kuliah yang menunjukkan nilai C. Ahmad mengernyitkan dahinya, dia merasa tidak kesulitan memahami dan mengerjakan tugas maupun ujian di mata kuliah tersebut. Karena hal itu Ahmad pun menemui dosen yang mengajar di mata kuliah itu dan menyampaikan keberatannya.

"Maaf pak Sony, saya selama mata kuliah Sistem Digital sudah memahami dan mengerjakan tugas maupun ujiannya dengan baik. Saya rasa ada kesalahan dalam memberi nilai untuk saya Pak," Ahmad memulai percakapan dengan dosennya.
"Coba saya lihat daftar nilaimu. Ada satu tugas yang tidak kamu kumpulkan," ujar pak Sony.
"Tapi seingat saya tidak pernah bolong mengumpulkan tugas Pak," Ahmad mencoba berargumen.
"Coba nanti saya periksa lagi," jawab pak Sony mengakhiri pembicaraan.

Ahmad tidak puas dengan jawaban dosennya. Dia mencari dalam folder tugas di laptop tempatnya menyimpan arsip perkuliahan. Di mata kuliah Sistem Digital dia sudah membuat seluruh tugas, lantas dia menghadap kembali kepada pak Sony.
"Pak, mohon maaf sudah mengganggu waktu Bapak. Saya sudah memeriksa arsip tugas saya dalam mata kuliah ini dan lengkap Pak. Jika Bapak berkenan akan saya kumpulkan ulang tugasnya yang terlewat," ujar Ahmad hati-hati.
"Ya kamu kirim ke email saya," jawab pak Sony.
Keesokan harinya Ahmad memeriksa kembali nilainya dan di mata kuliah Sistem Digital ternyata sudah berubah menjadi B. Ahmad tersenyum puas.

Semester kedua di PENS dijalani Ahmad tanpa kendala yang berarti. Pada dasarnya dia memang memiliki otak yang encer ditambah dengan sifat perfeksionis yang menghendaki segalanya rapi dan teratur. Hanya ada satu ganjalan di hatinya, mimpi untuk kuliah di jurusan kedokteran masih belum sepenuhnya padam. Diam-diam Ahmad masih menyimpan asa dan ingin mencoba ikut SPMB di periode mendatang. Oleh karenanya Ahmad menyempatkan belajar persiapan ujian masuk perguruan tinggi di sela-sela mengerjakan tugas perkuliahan.

Akhirnya waktu ujian SPMB yang ditunggu-tunggu pun tiba. Ahmad kembali mengikuti ujian tersebut dengan jurusan kedokteran sebagai pilihan pertama dan teknik industri di pilihan kedua. Ketika hasil SPMB diumumkan sekitar sebulan kemudian, ternyata Ahmad lolos pilihan kedua yakni Teknik Industri ITS. Ahmad senang sekali, namun dia mempertimbangkan antara melanjutkan kuliah di PENS atau mengambil jurusan Teknik Industri ITS. Di lain sisi karena nilainya yang bagus sejak semester pertama, Ahmad mendapat beasiswa dari PENS sehingga bebas biaya di semester berikutnya. Kedua pilihan menjadi dilema baginya.

Ahmad meminta pertimbangan orang tuanya dan setelah membuat pertimbangan mereka menganjurkan agar Ahmad bertahan serta melanjutkan kuliah di PENS saja. Kedua orang tuanya berpendapat, asal dia bisa berprestasi di PENS maka kesempatan untuk berhasil juga tidak kalah dibanding lulusan perguruan tinggi lainnya. Ahmad pun shalat Istikharah, memohon kemantapan hati kepada Allah SWT. Menjelang pergantian semester akhirnya Ahmad memutuskan untuk tetap fokus di PENS dan berusaha mengukir prestasi di kampus ini.

#Onedayonepost #ODOPbatch5 #Tantangan7&8

Kamis, 08 Maret 2018

Bintang 3 mm - Void Main

Void Main


"Apakah aku sudah kalah?" tanya Ahmad pada dirinya sendiri.
"Tidak, belum, kau harus bangkit sekarang!" kalimat itu bergaung dalam hatinya dan dia mulai berusaha mengobati kesedihannya. Ahmad pun mencoba lebih aktif dalam kegiatan di masjid kampungnya. Dia bergabung dengan pemuda pemudi remaja masjid (remas) yang aktif menyemarakkan kegiatan di masjid.

Salah seorang kawannya di remas bernama Sudirman. Seorang pemuda yang begitu taat beribadah. Sudirman hampir tidak pernah absen shalat lima waktu di masjid atau mushola. Dia juga sering membantu marbot (pengurus masjid) untuk membersihkan lantai dan kaca masjid. Konon di sekolah dia juga termasuk bintang kelas. Usia Sudirman lebih tua setahun dari Ahmad. Namun keinginan Sudirman untuk melanjutkan pendidikan di bangku universitas harus dikubur dalam-dalam karena kondisi ekonomi. Lulus SMK dia terpaksa bekerja di sebuah pabrik demi membantu orang tuanya.

Ahmad merenungi nasib kawannya itu, sesungguhnya dia masih beruntung karena orang tuanya diberi kemampuan menyekolahkan di bangku universitas manapun. Ahmad pun mencoba mengulang satu kalimat yang baru saja terlintas di  benaknya.
"Aku bisa kuliah di manapun, tidak harus di kedokteran, asalkan kelak bisa menebar kemanfaatan lewat ilmu yang kudapat selama bangku kuliah, itu sudah cukup," ujarnya memotivasi diri sendiri.

Suatu hari, kawan-kawan Ahmad mengajak silaturrahmi dengan guru-guru SMA dan dia pun ikut. Saat sedang duduk bercengkerama dengan para guru, kawan-kawan Ahmad mulai menceritakan di universitas mana mereka diterima. Ada yang diterima di ITB, UI, UGM, UNAIR, ataupun ITS lewat jalur SPMB. Ketika giliran Ahmad, dia berkata, "maaf bu Guru, saya tidak lolos ujian SPMB," ujarnya lirih.

Bu Laksmi, guru PPKN Ahmad pun berkata, "kedatanganmu di sini merupakan sebuah kemenangan. Ketika banyak di antara kawan-kawanmu yang gagal ujian SPMB malu datang berkumpul bersama kawan-kawan dan gurunya, Engkau tetap datang dengan wajah terangkat. Kau hebat Ahmad," nasehat gurunya tersebut begitu menghujam di hatinya.

Ahmad mulai mencari info perguruan tinggi yang membuka pendaftaran setelah ujian SPMB. Salah satu yang menjadi pilihannya adalah ujian masuk Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Ahmad mulai mempersiapkan diri kembali hingga tibalah saat ujian dilaksanakan. Ahmad berusaha mengerjakan tes sebaik mungkin. Setelah tes selesai dia tawakkal kepada Allah dan berdoa semoga mendapatkan hasil yang terbaik.

Tidak membutuhkan waktu lama hingga tibalah waktu diumumkannya hasil ujian masuk PENS. Ahmad ikut mengantri di antara lautan manusia yang juga turut mengikuti ujian masuk PENS sebagaimana dirinya. Di papan pengumuman ditelusurinya satu per satu nama. Dan di urutan ke 67 tercantum namanya. Seketika Ahmad berlari ke mushola dan sujud syukur kepada Allah. Sungguh hal ini menjadi anugerah terbaik baginya. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, segala puji hanya padaMu Yaa Allah.

#Onedayonepost #ODOPbatch5 #Tantangan7&8

Rabu, 07 Maret 2018

Bintang 3 mm - Ground

Ground



Ahmad masih duduk di kelas dua SMA, saat sebuah kejadian menjadi titik balik kehidupannya. Dia yang sebelumnya begitu menikmati hedonisme, bersenang-senang menjadi tujuannya. Ahmad tak pernah lupa, saat itu bapaknya di kamar mandi ketika mendapati serangan stroke pertamanya. Beruntung mamanya adalah orang kesehatan sehingga tau pertolongan pertama yang harus dilakukan. Mereka segera membawa bapaknya ke rumah sakit untuk dirawat, dan beliau selamat meskipun mulai mengalami kelemahan di beberapa bagian tubuhnya.

Pada awalnya bapaknya Ahmad masih mampu mengendarai sepeda motor, namun beberapa bulan kemudian terjadilah serangan stroke kedua hingga sebagian tubuhnya lumpuh. Ahmad menjadi saksi bagaimana upaya mamanya mengobati bapak. Mulai dari treatment di rumah sakit hingga pengobatan alternatif dijalani demi kesembuhan bapaknya. Namun segala usaha belum mampu mengembalikan kondisi bapaknya menjadi seperti sedia kala. Ahmad mulai berpikir untuk melakukan sesuatu demi kesembuhan orang tercinta yang begitu dihormatinya itu. Dia mulai berazzam untuk menjadi dokter. Dengan kemampuannya dia ingin bisa menyembuhkan sakit yang diderita bapaknya.

Ahmad mulai meninggalkan kehidupan hedonnya, dia lebih serius belajar demi lolos ujian masuk perguruan tinggi jurusan kedokteran yang tentunya tidak mudah. Dia juga mulai aktif di organisasi keislaman dan memperbaiki ibadahnya. Dengan demikian dia merasakan ketenangan ketika dekat dengan Tuhannya. Ketika di rumah dia berusaha merawat bapaknya dengan telaten, karena memang merawat orang yang lumpuh membutuhkan kesabaran ekstra. Bapaknya yang dulunya pendiam dan bijak dalam bersikap kini menjadi semakin emosional. Ahmad berusaha meredam emosinya setiap berhadapan dengan orang yang dikasihinya itu.

*****
Kini segala harapan kandas dan kerja kerasnya seakan sia-sia. Kenapa saat dia sudah mengerahkan seluruh kemampuannya dia gagal? Bagaimana dengan cita-citanya? Dan yang lebih ironis adalah beberapa orang kawannya yang sempat meminta untuk diajari saat persiapan ujian justru diterima di jurusan kedokteran.

Ahmad berbaring menatap langit-langit kamarnya. Sudah tiga hari dia mengurung diri di kamar, keluar hanya untuk makan dan keperluan buang hajat. Orang tua dan saudaranya berusaha menghibur, namun hanya masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Dia ingin mempertanyakan takdir Allah, tapi dia masih punya iman. Dia masih ingat sebuah ayat, bahwa bisa jadi apa yang menurut dia baik baginya sesungguhnya itu buruk di hadapan Allah, dan sebaliknya. Ahmad pun bangkit dan menghabiskan waktunya di atas sajadah, dia tumpahkan segala keluh kesahnya pada Rabb semesta alam, dia merasa tenang.

#Onedayonepost #ODOPbatch5 #Tantangan7&8

Selasa, 06 Maret 2018

Bintang 3 mm - True, False, Don't Care

True, False, Don't Care


Pintu dibanting dengan keras, mamanya mencoba mengetuk namun terkunci dari dalam. Bapaknya serta saudari-saudarinya pun ikut mencoba merayu lelaki itu agar bersedia keluar kamar, namun nihil. Dia sedang bersedih, terlampau sedih untuk sekedar keluar kamar menunjukkan wajahnya. Baginya seorang lelaki pantang menangis, tapi dengan cobaan yang sedang menderanya dia tak mampu lagi menahan burai air mata yang membasahi wajahnya. Dia merasa telah melakukan segalanya, namun kenapa dia gagal? Harapan yang telah dipupuk dan diperjuangkannya telah kandas, dia merasa jatuh, terpuruk.

*****

Laki-laki itu seorang melankolis yang senang dengan kesempurnaan. Kehidupannya pun tak jauh dari satu kata, perfect. Dia begitu teratur dalam menata hidupnya, bekerja keras untuk mengejar kesempurnaan. Namun sekali saja ada yang meleset dari rencananya, dia akan panik. Ahmad, begitu dia dipanggil. Terlahir di keluarga yang berkecukupan menjadikannya lelaki yang manja, meskipun dia berusaha menampiknya.

Sejak dulu dia memiliki cita-cita untuk menjadi seorang dokter. Dia berusaha keras untuk belajar dan mempersiapkan diri menghadapi ujian masuk perguruan tinggi. Kawan-kawannya mengenalnya sebagai seorang pandai dan sangat teratur. Tak ayal mereka pun berdatangan ke rumahnya untuk belajar bersama dan menjadikannya tutor untuk menerangkan bab yang tiada mereka pahami. Karena baiknya, dia tidak menolak permintaan teman-temannya dan mengajari materi yang dia bisa.

"Ahmaad, besok itu kamu ujian. Kenapa kawan-kawanmu malah berdatangan minta diajari. Harusnya kamu itu banyak istirahat biar besok bisa maksimal pas ngerjakan soal," mama Ahmad mengeluh panjang lebar.
"Sudahlah ma, gak papa... Kan aku jadi bisa mengulang-ulang lagi pelajaran yang kupelajari. Jadi lebih nancep di kepala," Ahmad mencoba menenangkan mamanya.
"Yaudah, pokoknya jangan lama-lama. Kamu harus segera beristirahat," mamanya pun mengalah.

Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Ahmad duduk di bangku sebuah kelas mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. Ada dua sesi ujian, dia mengerjakan dengan penuh percaya diri. Ahmad merasa telah berhasil melewati setiap soal yang sedang dikerjakannya. Di rumah pun dia mencoba mencocokkan jawabannya dengan kunci jawaban yang dimuat di sebuah koran nasional, dan sebagian besar jawabannya sudah benar. Dia yakin akan lulus.

Ternyata menunggu pengumuman kelulusan terasa lebih mendebarkan dibanding menunggu saat-saat ujian. Butuh waktu sekitar satu bulan hingga pengumuman kelulusan dimuat di koran. Saat membuka koran pun dibarengi dengan merapalkan berbagai doa agar namanya tercantumkan sebagai salah satu yang berhasil lolos.

Ditelusurinya daftar nama satu per satu di lembar pengumuman. Setelah selesai dibacanya satu halaman, namanya tidak ada. Diulanginya lagi menelusuri deretan ratusan nama itu satu per satu, dan nihil. Kepalanya seketika pening, dunia seakan berputar, harapan yang telah dipupuknya kandas begitu saja, hatinya hampa.

"Bagaimana? Apa namamu ada?" tanya mamanya.
"Tidak ada," jawabnya lirih.
"Apa?" tanya mamanya lagi seolah sudah salah dengar.
"Nggak ada Ma... Sudah jangan tanya-tanya lagi," seketika Ahmad berlari menuju kamarnya, membanting pintu, lantas menguncinya dari dalam.

#Onedayonepost #ODOPbatch5 #Tantangan7&8

Jogja Romantis day-2


Masih dini hari di Jogja, aku dan suami bangun untuk shalat malam. Ini adalah hari keduaku di kota ini. Setelah shalat malam suamiku bersiap untuk shalat subuh di masjid Jogokariyan yang dekat dengan hotel tempat kami menginap. Aku sebenarnya ingin ikut, namun karena anak-anak masih terlelap akhirnya aku memilih shalat di kamar hotel. Setelah shalat aku kembali terlelap, sementara suamiku datang tak berapa lama kemudian lantas ikut melanjutkan tidur. Aku bangun sekitar pukul enam, namun karena masih mengantuk aku baru bersiap-siap sekitar pukul tujuh. Pukul delapan semua pasukan sudah mandi dan siap untuk pergi. Kami pun turun untuk sarapan terlebih dahulu.


Selesai sarapan kami naik taksi online menuju ke penginapan panitia dan peserta kopdar ODOP di daerah Langen. Saat aku datang acara memasuki sesi pembacaan Al Qur'an. Kutunggu sejenak hingga pembacaan Al Qur'an selesai. Lalu aku bergabung di lingkaran sambil menyalami para ODOP-ers dari berbagai angkatan tersebut. Acara dilanjutkan dengan pembukaan oleh pak ketua MS Wijaya. Kemudian penyampaian pesan-pesan oleh mbak Hiday sebagai penasehat ODOP. Inti pesan yang disampaikan beliau adalah, ODOP telah membesarkan banyak penulis baru. Walaupun di awal bang Syaiha pernah ragu bagaimana kelanjutan komunitas ini, alhamdulillah selalu ada uluran tangan dari para jebolan ODOP yang ikhlas bekerja untuk membesarkannya. Jika Anda berhasil berkat ODOP, maka jangan ragu untuk berperan di komunitas ini.


Selesai memberikan pesan-pesannya mbak Hiday berpamitan karena ada agenda di Solo. Selanjutnya datanglah pak Suprapto yang berperan sebagai penasehat ODOP sebagaimana mbak Hiday. Mas Lutfi sebagai MC mempersilakan beliau memberikan sepatah dua patah kata. Dalam penyampaiannya, Pak Suprapto memberikan gambaran betapa kegemarannya membaca dan menulis telah menjadi jalan bagi beliau untuk terus produktif meskipun telah pensiun. Di saat kawan-kawan seusianya telah banyak yang terserang stroke, beliau masih sehat dan bisa berkarya lewat tulisan. Aku mendengarkan pemateri sambil sesekali menggendong dan menyusui Hanna, saat sudah tenang maka Hanna digendong suami atau ditaruh di stroller sambil ditunggui. Sementara itu Fidza berlari kesana kemari sambil bercengkerama dengan anak-anak seusianya.


Selanjutnya adalah deklamasi puisi oleh Aa Gilang, aku awalnya serius mendengarkan tapi begitu puisi dibacakan aku jadi tertawa-tawa karena lucunya, two tumbs up deh. Dan yang ditunggu tunggu pun akhirnya dimulai yakni acara tukar kado, dan aku lupa membawa buku untuk dikumpulkan. Lalu datanglah adiknya kak Saki membawa banyak buku, dan akupun mendapat satu buku, hehe.. alhamdulillah. Acara terakhir adalah doa penutup oleh pakde Wali dilanjutkan dengan foto-foto. Tak lupa kuajak pj grup planet Merkurius, kak Renee untuk berfoto berdua. Seharusnya ada mbak Nurul dan pak Agus disana, namun ternyata keduanya berhalangan hadir karena anak mbak Nurul sakit, sedangkan pak Agus sendiri sakit. Suamiku mengajak pamit, namun kuusulkan shalat dulu sekalian. Kamipun segera mengambil wudhu lalu shalat di ruang tamu penginapan pria. Selesai shalat kamipun berpamitan.





Sesuai dengan rencana awal kamipun meluncur ke Taman Pintar. Di sana kami makan siang lantas membeli tiket untuk berkeliling di gedung Oval. Banyak sekali peragaan SAINS dan miniatur budaya yang disajikan di dalam gedung tersebut. Kami juga mencoba wahana dinosaur adventure dan bioskop 4D. Keluar gedung kami ingin mencoba wahana lain, lalu suami membelikan tiket masuk ke planetarium. Aku menikmati sekali pertunjukan di planetarium, tubuhku seolah diajak menjelajahi angkasa. Dari Taman Pintar kami berjalan ke Malioboro yang ternyata jaraknya sangat dekat. Kami berjalan bergandengan sambil sesekali berfoto-foto, mampir untuk membeli oleh-oleh, dan makan malam. Saat sedang makan ada pengamen memainkan lagu-lagu yang romantis, aku tersenyum-senyum memandangi suami yang dibalas oleh senyumannya. Tak lupa kami memberikan uang kepada bapak pengamen tersebut. Setelah makan kami meneruskan jalan kaki hingga akhirnya kamipun sampai di Mall Malioboro. Disana kami membeli batik untuk baju kerja suamiku serta dress-nya Hanna dan Fidza. Selesai berbelanja kamipun kembali ke hotel, bersih diri, lantas beristirahat.



Hari ketiga di Jogja kami habiskan di hotel dengan sarapan lantas berenang. Kami menjadi orang terakhir di hotel karena itu adalah hari Senin. Hotel yang sepi menjadikan kami lebih leluasa saat berenang, selain sepi airnya jernih dan tak ada polusi asap rokok dari pengunjung lain. Selesai berenang kami segera bersih diri dan bersiap-siap check out. Begitu barang selesai di packing, kamipun check out dari hotel dan menuju resto gudeg Yu Djum untuk makan siang sekaligus membeli oleh-oleh. Menjelang pukul tiga sore kami berangkat ke stasiun karena kereta berangkat pukul 16.40. Pukul empat kurang kami sudah duduk manis di dalam kereta, tak berapa lama kemudian kereta berangkat menuju Surabaya. Ah kami begitu terkesan selama di Jogja, dan ingin kembali suatu hari nanti menjelajahi tempat wisata dan alamnya, insyaallah.

#Onedayonepost #ODOPbatch5

Senin, 05 Maret 2018

Jogja Romantis day-1



Kutulis ulasan ini di atas kereta api Sancaka jurusan Jogja-Surabaya. Tiga hari dua malam sudah kuhabiskan di kota Jogja yang romantis. Sabtu pagi aku berangkat dari Surabaya bersama suami dan kedua anakku. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 5 jam hingga tiba di Jogja pukul 14.30. Kami segera memesan taksi online dan menuju hotel the Cube. Sesampainya di hotel kami segera check in dan masuk ke kamar. Pertama yang kami lakukan adalah  mengqodho shalat Dhuhur dan Ashar lalu istirahat sebentar. Fidza sudah tak sabar berenang, kebetulan the Cube hotel menyediakan kolam renang di lantai tujuh. Setelah penat hilang, kami pun segera bersiap dan nyemplung ke kolam renang.


Selesai berenang kami bersih diri lantas mengqodho shalat Maghrib dan Isya'. Selanjutnya kami bersiap untuk agenda sabtu malam yang telah dijadwalkan yakni acara Eka Kurniawan di kafe basabasi, daerah Blandongan. Setibanya di sana sekitar pukul 20.00 kami tertegun karena TKP sudah penuh sesak dengan pengunjung yang rata-rata adalah mahasiswa. Kami tidak bisa berlama-lama di acara tersebut karena banyaknya mahasiswa yang merokok. Sebenarnya di sana ada bazar buku, namun karena sudah tidak nyaman di awal menjadikanku lupa membeli buku. Padahal salah satu agenda ODOP di hari selanjutnya adalah acara tukar buku, apalagi aku lupa membawa buku dari rumah.


Kecewa dengan acara yang tidak sesuai harapan, kami segera meluncur ke alun-alun Jogja untuk mencari makan malam. Kami naik taksi online ke alun-alun, di jalan kami menanyakan kepada sopirnya kuliner enak di sekitar alun-alun. Lalu pak sopir menginfokan ada warung makan Handayani yang terkenal di sana. Kami pun turun sebelum bundaran alun-alun karena macet. Fidza yang sudah kecapekan pulas tertidur. Terpaksa Fidza didudukkan di stroller-nya Hanna oleh suami sedangkan baby Hanna kugendong.


Setelah berjalan melewati kemacetan tersebab odong-odong berwarna-warni di alun-alun, akhirnya kami menemukan warung Handayani. Tempatnya sangat sederhana khas warung pinggir jalan. Di sana kami memesan dua piring nasi ayam geprek mozarella dan minuman. Begitu makanan terhidang, rasa kesal karena acara sebelumnya gagal menjadi terobati dengan rasa endes makanan. Sambal yang digoreng bersama ayam geprek begitu nikmat rasanya, ditambah dengan lelehan keju mozarella menambah gurihnya hidangan. Bertemu dengan makanan harga kaki lima namun rasa bintang lima benar-benar menjadi mood booster bagi kami yang sebelumnya suntuk. Selesai makan kami kembali ke hotel, Fidza yang masih tertidur kami bungkuskan nasi goreng.


Setelah sampai di kamar hotel Fidza terbangun, akupun mengajaknya makan nasi goreng. Fidza yang asalnya menolak akhirnya bersedia makan sambil menonton walt disney channel di TV. Aku menyuapi Fidza sambil mecicipi nasi gorengnya, ternyata rasanya juga tak kalah enak dengan nasi ayam geprek. Benar-benar warung makan yang recomended bagi kawan-kawan yang sedang berlibur di Jogja.


#Onedayonepost #ODOPbatch5

Sabtu, 03 Maret 2018

Catatan Dalam Kereta


Hamparan pematang sawah memanjakan mata
Deru roda kereta bergesekan dengan relnya
Cuaca cerah udara nyaman
Beterbangan burung melintasi cakrawala
Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kita dustakan

Para petani berpagi-pagi ke sawah
Menggarap tanah memupuk tanaman
Beribu batang padi menjadi saksi
Tetesan keringat dan deru nafas
Lelah mereka demi kita

Wahai penguasa
Jangan kau dholimi mereka
Jangan kau cerabut penghidupannya
Dengan ratusan ton
yang kau datangkan dari seberang

Takutlah akan tetes air mata
Takutlah akan tangan yang tertadah
Dholimmu tak akan terlupa
Tak sudi memilih periode kedua


#Onedayonepost #ODOPbatch5

Jumat, 02 Maret 2018

Baby Hanna Mau ke Jogja


Hanna memasuki usianya yang ke empat bulan. Meskipun masih bayi, dia sudah pernah ke Batu saat family gathering PENS, ke Pasuruan ikut mengantar kakaknya studytour, ke Sidoarjo silaturrahim dengan eyang buyutnya, ke Kediri ketika eyang uyutnya dari bapak saya meninggal, ke Nganjuk sekalian mampir setelah dari Kediri, dan besok insyaallah kita mau ke Jogja dalam rangka kopi darat (kopdar) akbar komunitas ODOP. Alhamdulillah ketika diajak bepergian Hanna tidak pernah sakit. Dan semoga besok ke Jogja pun Hanna selalu sehat.

Tipsnya apa biar anak nggak gampang sakit, terutama saat bepergian? Saat bepergian tubuh rawan sakit karena kelelahan. Tubuh yang lelah menjadikan daya tahan tubuh menurun. Untuk mencegahnya kita harus dalam kondisi prima saat bepergian dan menambah asupan yang mampu memperkuat daya tahan tubuh kita, seperti madu, habatussauda, serta multivitamin, dan mineral. Seusia Hanna masih full ASI, dan sebagaimana kita tahu ASI mengandung antibodi yang dibutuhkan oleh bayi. Jadi kita tinggal memastikan bahwa bayi kita tidak kekurangan minum ASI selama perjalanan.

Lalu kita juga harus memastikan bayi cukup beristirahat. Bagaimanapun juga perjalanan jauh itu melelahkan. Usahakan bayi nyaman dalam gendongan kita dan bisa beristirahat dengan tenang. Untuk meminimalisir capek kita bisa menggunakan gendongan, car seat, dan gantian sama suami jika kita juga sudah lelah, hehe.

Yang tidak kalah penting orang tuanya jangan sampai drop ya. Cukup makan dan minum selama perjalanan sangat penting untuk menjaga kondisi tubuh. Boleh juga menambah asupan yang akan memperkuat daya tahan tubuh sebagaimana yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Minum minuman bervitamin yang rasanya asam boleh sesekali, namun jangan kebanyakan karena bisa memicu naiknya asam lambung (pengalaman).

Jika menggunakan kendaraan umum pastikan keamanannya. Kalau mau beristirahat boleh gantian dengan suami. Bawa bantal atau boneka untuk mengganjal tangan saat kita menggendong anak dalam waktu lama. Posisi boleh dirubah-rubah mana yang paling nyaman.

Terakhir jangan lupa berdoa meminta perlindungan dan kesehatan dari Allah selama perjalanan. Semoga perjalanan besok lancar, selamat sampai tujuan. Tidak hanya Hanna, namun saya, suami, dan Hafidza senantiasa sehat selama liburan di Jogja. Happy holiday ^_^

#Onedayonepost #ODOPbatch5

Kamis, 01 Maret 2018

Kehabisan Ide


Hari ini saya kehabisan ide. Kering, setiap ada lintasan pikiran tak bisa saya matangkan menjadi ide tulisan. Ya begitulah, sebenarnya sehari-hari ada banyak lintasan kejadian atau ide berseliweran. Namun saya perlu menangkap salah satunya dan mengolah di pikiran saya menjadi sebuah urutan cerita dan kejadian. Proses kedua ini seringkali gagal, karena tidak klik di hati, atau tidak terbayang cerita apa yang akan saya tulis dengan ide tersebut.

Seperti saat menulis tantangan ke enam, salah satu syaratnya adalah tokoh yang tak biasa. Saya sudah mempertimbangkan untuk menjadikan anak saya yang berusia 4 bulan sebagai tokoh utama, lantas cerita ditulis dengan sudut pandangnya. Namun sulit mengembangkan ide tersebut, dan saya masih belum menemukan gambaran kejadian apa saja yang akan saya tulis. Lantas saya membuka facebook, dan menemukan berita penyerangan Ghouta oleh rezim Bassar Assad. Ide cerita tentang Ghouta pun menari-nari dalam kepala saya dan jadilah tulisan berjudul Ghouta butuh Hamas.

Kejadian kemarin juga demikian, hingga sore saya belum menemukan ide apa yang akan saya tulis hari itu. Lalu saya membuka grup, lantas ada yang bercerita tentang teman kerjanya yang berselingkuh dengan bule. Sayapun meminta teman saya memberikan cerita lengkapnya. Setelah terbayang dengan ceritanya, saya menulis kejadian demi kejadian dan sedikit bermain diksi sehingga menjadi tulisan berjudul Kenangan Manis di Casablanca.

Begitulah perjalanan saya mencari ide hari demi hari di One Day One Post (ODOP) ini. Bayangkan saja setiap hari harus menulis satu tulisan dengan batas minimal 300 kata. Saya seolah harus memeras otak untuk mencari apa yang akan saya tulis hari itu. Tapi saya merasa program ini akan berdampak baik bagi saya. Untuk mencari ide saya dipaksa untuk banyak membaca dan kritis terhadap setiap kejadian di sekitar saya. Jika saya lulus ODOP hingga satu bulan ke depan insyaallah saya akan terbiasa membuat tulisan setiap hari. Menuangkan uneg-uneg berupa tulisan, menghasilkan karya, dan menebarkan manfaat. Semoga impian saya untuk menjadi penulis segera terwujud, insyaAllah aamiin.

#Onedayonepost #ODOPbatch5