Senin, 23 Desember 2019

Temukan Terampilmu

Dalam tugas pertama di kelas bunda cekatan pekan lalu, saya telah membuat kuadran aktivitas sebagai berikut.

1. Bisa dan tidak suka
- memasak
- membersihkan rumah
- setrika
- mencuci piring dan baju
- membaca
- berjualan

2. Bisa dan suka
- berenang
- jalan-jalan bersama keluarga
- membuat handycraft
- menulis
- berpacaran dengan suami

3. Tidak bisa dan suka
- menyupir mobil
- memanah
- bela diri
- bahasa jepang
- travelling keluar negeri

4. Tidak bisa dan tidak suka
- programming


Di tugas kedua ini saya diminta menentukan ketrampilan apa saja yang saya butuhkan untuk mendukung agar aktivitas yang membuat saya bahagia dapat berjalan dengan lancar. Oleh karenanya saya akan mencoba memulai dari 5 aktivitas yang saya bisa dan suka yakni:

- berenang
- jalan-jalan bersama keluarga
- membuat handycraft
- menulis
- berpacaran dengan suami

Saat ini saya sedang LDR dengan suami, padahal berpacaran dengan suami merupakan salah satu aktivitas yang membuat saya bahagia. Karenanya saya ingin segera menyusul suami yang sedang study s3 di Jepang. Untuk saat ini, saya tinggal menunggu visa yang mengijinkan saya menetap saat suami study di Jepang yakni selama 3 tahun. Oleh karenanya belajar bahasa Jepang menjadi salah satu aktivitas penting dan mendesak bagi saya.

Saya juga suka jalan-jalan, terlebih jika saya sudah stay di Jepang nanti. Maka ketrampilan yang harus saya miliki selain bahasa Jepang, saya harus pandai mencari rute agar tidak tersesat dan memastikan perjalanan yang aman untuk saya dan anak-anak yang berusia 7 tahun dan 2 tahun.

Di Jepang, mayoritas masyarakatnya bukanlah pemeluk Islam. Jadi kami tidak bisa sembarangan membeli makanan di luar. Oleh karena itu saya memerlukan ketrampilan memasak. Namun memasak merupakan aktivitas yang saya bisa namun tidak suka. Maka sesuai saran bu Septi, saya akan tetap melakukannya namun dengan durasi yang dibatasi.

Untuk aktivitas berenang, nantinya saya akan mencari info tempat berenang di sekitar tempat tinggal kami. Berhubung tidak hanya saya, tapi anak pertama saya juga suka berenang, maka saya akan memasukkannya dalam kuadran penting namun tidak mendesak.

Sedangkan aktivitas membuat handycraft, lagi-lagi anak sulung saya juga hobi melakukannya. Maka saya akan mencari toko di sekitar tempat tinggal kami yang menyediakan alat-alat kerajinan, dan jika memungkinkan kami akan mencari info kursus kerajinan yang kabarnya juga banyak di Jepang.

Yang terakhir, yakni aktivitas menulis, tentunya saya wajib membaca. Namun sayangnya saya tidak suka melakukannya. Lagi-lagi saya akan mencoba saran bu Septi, yakni tetap melakukannya walaupun dalam durasi yang terbatas. Hal ini menjadi penting karena saya ingin sekali menelurkan karya yang bermanfaat berupa tulisan. Maka ketrampilan yang mendukung minat saya ini menjadi penting walaupun tidak mendesak. Selain ketrampilan membaca ada banyak ilmu kepenulisan yang perlu saya pelajari. Oleh karenanya saya mengikuti komunitas One Day One Post (ODOP) dan mulai bergabung di fb grup kelas menulis online (KMO).

Sebagai tambahan, kedua anak saya akan ikut menyusul abinya ke Jepang. Sebenarnya kami belum memutuskan sekolah untuk anak sulung kami. Namun kami sempat mempertimbangkan untuk memulai homeschooling untuk Hafidza yang saat ini berusia 7 tahun. Alasannya kami khawatir dia kaget jika masuk di sekolah Jepang karena perbedaan bahasa dan budaya. Selain itu kami memiliki banyak hal yang ingin kami tanamkan kepada anak-anak sedari dini, terutama masalah akidah, yang kami ragu akan mereka dapatkan di sekolah Jepang. Oleh karena itu ilmu homeschooling menjadi kebutuhan yang penting dan mendesak bagi saya.

Saya akan mencoba memasukkan ketrampilan-ketrampilan tersebut dalam kuadran:
1. Penting dan tidak mendesak
- Membaca
- Ilmu kepenulisan
- Renang
- Membuat handycraft

2. Penting dan mendesak
- Bahasa Jepang
- Memasak
- Mencari rute di Jepang/memahami peta wilayah agar tidak tersesat selama bepergian di sana
- Safety trip untuk anak-anak
- Homeschooling

3. Tidak penting dan mendesak
- membersihkan rumah
- setrika

4. Tidak penting dan tidak mendesak
- berjualan
- programming

Saya memasukkan ketrampilan beberes rumah menjadi ketrampilan yang tidak penting namun mendesak karena sebenarnya saya tidak menyukai kegiatan tersebut namun mendesak untuk dilakukan agar rumah menjadi nyaman. Sedangkan berjualan saya masukkan dalam ketrampilan yang tidak penting dan tidak mendesak untuk saat ini karena saya masih ingin fokus terhadap kebutuhan suami dan anak-anak saya sebagai kewajiban utama saya. Semoga dengan berfokus terhadap ketrampilan yang fokus dan mendesak, maka saya bisa senantiasa bahagia dalam membersamai keluarga.

#janganlupabahagia
#jurnalminggu2
#materi2
#kelastelur
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional

Minggu, 15 Desember 2019

Wanita Berhak Bahagia

Saya ikut sedih ketika membaca berita tentang wanita atau ibu yang menyakiti atau bahkan membunuh buah hatinya, dan kemudian bunuh diri. Seputus asa itukah mereka sehingga tega membunuh darah dagingnya sendiri, amanah Allah yang dititipkan dalam rahim mereka. Jika ada yang berkomentar, mereka kurang iman, saya kira tidak sepenuhnya itu benar. Ada aspek kesehatan mental yang banyak orang telah menjelaskan, terutama bagi ibu pasca melahirkan, dia rawan terkena post partum syndrome. Orang di sekitar ibu memegang peranan penting, terutama suami, terhadap kesehatan mental ibu ini. Ibu yang nekat mengakhiri hidupnya dan sang buah hati, di beberapa kasus dikarenakan suami yang meninggalkannya. Di lain kisah ada juga yang stress karena mertua yang selalu berkomentar si ibu tidak becus mengurus anak karena anaknya kurus, akhirnya sang ibu menggelonggong anak dengan air agar anak terlihat gemuk, malangnya justru tindakannya itu merenggut nyawa sang anak.

Sedih, sungguh sedih, dan saya tidak berharap hal ini terjadi pada ibu-ibu yang lainnya. Ibu berhak bahagia, seberat apapun cobaan yang menerpanya, ibu harus bahagia. Dan di tugas pertama kelas Bunda Cekatan ini, bu Septi mengangkat tema tersebut. Kami diminta melist semua aktivitas kami sebagai wanita, ibu, dan istri. Lantas membaginya menjadi empat kuadran, yakni:
1. Bisa dan tidak suka
2. Bisa dan suka
3. Tidak bisa dan suka
4. Tidak bisa dan tidak suka


Berdasar kuadran tersebut saya akan memasukkan aktivitas saya, sebagai berikut :
1. Bisa dan tidak suka
- memasak
- membersihkan rumah
- setrika
- mencuci piring dan baju
- membaca
- berjualan

2. Bisa dan suka
- berenang
- jalan-jalan bersama keluarga
- membuat handycraft
- menulis
- berpacaran dengan suami

3. Tidak bisa dan suka
- menyupir mobil
- memanah
- bela diri
- bahasa jepang
- travelling keluar negeri

4. Tidak bisa dan tidak suka
- programming


Saat sharing materi pertama ini, bu Septi menceritakan bahwa hal yang beliau bisa dan suka adalah main bersama anak-anak. Maka bu Septi menjadikan kegiatan ini sebagai patokan, jangan sampai kegiatan lain mengganggu kegiatan mainnya bersama anak-anak. Maka mulailah beliau menetapkan range waktu seven to seven, dimana kegiatan yang harus beliau lakukan namun tidak disuka harus selesai sebelum pukul tujuh pagi atau setelah pukul tujuh malam. Dengan menjalankan kegiatan yang beliau suka maka beliau selalu bahagia, dan ibu yang bahagia akan menularkan kebahagiaan kepada anak dan suaminya. Ada sebuah kalimat mutiara, anak tidak membutuhkan ibu yang sempurna, namun mereka membutuhkan ibu yang bahagia. Saya sangat sependapat dengan kalimat mutiara tersebut.

Saya berharap setiap ibu menyadari hal ini, bahwa dia berhak bahagia. Dengan menemukan apa yang membuatnya bahagia kemudian menjadikannya sebagai aktivitas sehari-hari. Terima kasih kepada bu Septi, atas sharingnya. Ilmu menjadi wanita, ibu, dan istri memang tidak diajarkan di sekolah, namun sangat diperlukan dalam menjalani kehidupan. Institut Ibu Professional yang beliau dirikan ini benar-benar telah menolong para wanita, ibu, dan istri untuk menemukan jati dirinya dan menjalankan perannya dengan sebaik mungkin. Bismillah, semoga saya mampu menggali ilmu di komunitas ini dan istiqomah menerapkannya dalam kehidupan saya. Dan tentunya, jangan lupa bahagia :).

#janganlupabahagia
#jurnalminggu1
#materi1
#kelastelur
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional

Selasa, 12 November 2019

Kisah Si Mpus (Part 1)

Hari ini langit cerah, pagi-pagi perutku sudah kenyang setelah sarapan ikan. Kupatut diriku di depan kaca, sepertinya ada yang kurang, iyalah aku belum mandi. Karena aku nggak suka air, cukup dengan kujilati sekujur tubuh, aku sudah kembali tampan dan menawan. Kupandangi lagi wajahku di depan kaca, perfect, sekarang aku sudah siap ngapeli Mimi, ehehe.

Segera aku meluncur melewati pintu rumah, menyelip di antara pagar, lalu kususuri jalanan lengang di depan rumah majikanku. Satu rumah kulewati, dua, tiga, nah inilah rumah majikannya Mimi. Seperti biasa pagarnya selalu tertutup. Tapi bukan Mpus namanya kalau tidak bisa memanjat pagar. Hap hap, aku sudah berhasil naik ke puncak pagar. Hap, hanya sekali loncat aku sudah turun di halaman rumah majikannya Mimi.

Meoow, kupanggil Mimi, tapi tidak ada balasan. Jangan-jangan dia masih tidur, dasar kucing malas. Tidak ada pilihan lain, aku harus masuk mencari kucing idamanku itu. Pintu rumah tertutup, tapi jendela terbuka, yeay aku masuk saja lewat jendela. Hap, hap, aku berhasil masuk rumah melewati jendela. Biasanya Mimi tidur di halaman belakang, dekat mesin cuci. Aku hapal sekali rumah ini karena sudah beberapa kali aku ngapeli Mimi. Beruntung majikannya Mimi juga penyuka kucing, jadinya aku tak pernah diusir, kadang-kadang aku malah diberi makan bareng Mimi, asyik kan, sudah ngapeli gebetan dapet makan gratis pula XD.

Meoow, sambil menyusuri ruang tengah kucoba memanggil Mimi lagi. Nihil, idih nih cewek mau tidur sampe jam berapa sih. Fix, aku harus segera nyamperin dia biar nggak molor terus. Nggak lucu kan kalau nanti kami menikah kerjaan dia molor terus seharian. Setidaknya dia harus belajar bagaimana bangun pagi, biar nanti bisa ngurus suami, apalagi kalau nanti kami sudah punya anak. Kasihan anak-anak kalau ibunya males-malesan nggak mau nyarikan makan.

Kulihat majikan Mimi sedang sarapan, dia menoleh ketika menyadari kehadiranku.
"Mpus, nyari Mimi yaa... Tuuh Mimi tidur lagi, padahal habis sarapan. Samperin gih," ujarnya ramah sembari menyendokkan nasi ke mulutnya. Meoow, kujawab sekenanya, mau kujawab panjang lebar dia juga nggak ngerti. Setelah melewati dapur, kutemukan Mimi tidur pulas di kasur lembutnya. Kujawil tangannya biar bangun, dia menguap, berganti posisi, lalu mendengkur lagi. Lah, malah tidur lagi..

Aku tak kehabisan ide, kugerak gerakkan bahunya sampai dia mulai menggeliat.
"Ngapain sih, nggak liat apa aku lagi enak-enaknya tidur nih, ganggu aja," ujarnya masih dengan mata setengah merem.
"Ini Mpus, Mi, bangun donk udah siang nih," jawabku.
"What? Mpus ngapaiin pagi-pagi kesini?"
Ekspresi Mimi lucu kalau lagi kaget plus salah tingkah.
"Gak papa kangen aja, lha kita gak punya handphone, makanya aku gak bisa telepon kamu, langsung kusamperin aja deh," jawabku sambil cengar cengir.
"Idih, aku kan malu muka masih ileran gini udah diapelin. Tunggu depan sana gih, aku mau mandi dulu,"

Daripada kena semprot akupun menurut, kulenggangkan badan kembali ke halaman depan dan menunggu disana. Kulihat majikannya Mimi sudah siap berangkat kerja, dikeluarkannya sepeda motor dari halaman. Saat akan mengunci pagar, dia masih menyapaku.
"Mpus, baik-baik ya sama Mimi. Aku berangkat kerja dulu. Daa daaa,"
Meooow, jawabku melepas kepergiannya.

Sambil duduk di dekat pintu aku menunggu Mimi keluar. Lumayan lama aku menunggu, emang cewek sama saja ya, kalau dandan lamanya bukan main.
"Hai Mpus, sorry lama, tumben pagi-pagi sudah kesini," sapanya setelah melompati jendela.
"Eeng, ada yang mau kuomongin ke kamu," jawabku agak grogi.
"Ngomong apasih?langsung aja nggak usah pakai basa-basi," tanyanya nggak sabar.
"Eem, gini Mi, aku pengen nikah sama kamu, kamu mau nggak?" tanyaku to the point, salah sendiri dia nggak sabaran.
"What? Are you serious?" tanya Mimi setengah tak percaya.
"Of course, im very serious," sejak kapan ya kucing bisa bahasa Inggris? Wkwk
"Well, give me some times to think about it," ujarnya masih dengan bahasa Inggris, mungkin karena saking terkejutnya.

"Baiklah, besok aku kesini lagi ya.. Tak perlu terburu-buru, kamu boleh berkonsultasi dengan majikanmu dulu. Kalau begitu aku pulang dulu, daah Mimi," jawabku selow, aku tak mau terlalu menyudutkannya. Masalah seperti ini tentu perlu dipikirkan dengan matang. Aku mau saat menikah nanti, dia sudah benar-benar siap menjalankan perannya sebagai istri yang baik bagiku.

To be continued

*masih belajar nulis, jangan baper yah..ehehe
*buat yang sedang berproses menuju halal, semoga dilancarkan😊
*pesen undangan dan maharnya bisa ke www.byrequestcraft.com