Selasa, 12 November 2019

Kisah Si Mpus (Part 1)

Hari ini langit cerah, pagi-pagi perutku sudah kenyang setelah sarapan ikan. Kupatut diriku di depan kaca, sepertinya ada yang kurang, iyalah aku belum mandi. Karena aku nggak suka air, cukup dengan kujilati sekujur tubuh, aku sudah kembali tampan dan menawan. Kupandangi lagi wajahku di depan kaca, perfect, sekarang aku sudah siap ngapeli Mimi, ehehe.

Segera aku meluncur melewati pintu rumah, menyelip di antara pagar, lalu kususuri jalanan lengang di depan rumah majikanku. Satu rumah kulewati, dua, tiga, nah inilah rumah majikannya Mimi. Seperti biasa pagarnya selalu tertutup. Tapi bukan Mpus namanya kalau tidak bisa memanjat pagar. Hap hap, aku sudah berhasil naik ke puncak pagar. Hap, hanya sekali loncat aku sudah turun di halaman rumah majikannya Mimi.

Meoow, kupanggil Mimi, tapi tidak ada balasan. Jangan-jangan dia masih tidur, dasar kucing malas. Tidak ada pilihan lain, aku harus masuk mencari kucing idamanku itu. Pintu rumah tertutup, tapi jendela terbuka, yeay aku masuk saja lewat jendela. Hap, hap, aku berhasil masuk rumah melewati jendela. Biasanya Mimi tidur di halaman belakang, dekat mesin cuci. Aku hapal sekali rumah ini karena sudah beberapa kali aku ngapeli Mimi. Beruntung majikannya Mimi juga penyuka kucing, jadinya aku tak pernah diusir, kadang-kadang aku malah diberi makan bareng Mimi, asyik kan, sudah ngapeli gebetan dapet makan gratis pula XD.

Meoow, sambil menyusuri ruang tengah kucoba memanggil Mimi lagi. Nihil, idih nih cewek mau tidur sampe jam berapa sih. Fix, aku harus segera nyamperin dia biar nggak molor terus. Nggak lucu kan kalau nanti kami menikah kerjaan dia molor terus seharian. Setidaknya dia harus belajar bagaimana bangun pagi, biar nanti bisa ngurus suami, apalagi kalau nanti kami sudah punya anak. Kasihan anak-anak kalau ibunya males-malesan nggak mau nyarikan makan.

Kulihat majikan Mimi sedang sarapan, dia menoleh ketika menyadari kehadiranku.
"Mpus, nyari Mimi yaa... Tuuh Mimi tidur lagi, padahal habis sarapan. Samperin gih," ujarnya ramah sembari menyendokkan nasi ke mulutnya. Meoow, kujawab sekenanya, mau kujawab panjang lebar dia juga nggak ngerti. Setelah melewati dapur, kutemukan Mimi tidur pulas di kasur lembutnya. Kujawil tangannya biar bangun, dia menguap, berganti posisi, lalu mendengkur lagi. Lah, malah tidur lagi..

Aku tak kehabisan ide, kugerak gerakkan bahunya sampai dia mulai menggeliat.
"Ngapain sih, nggak liat apa aku lagi enak-enaknya tidur nih, ganggu aja," ujarnya masih dengan mata setengah merem.
"Ini Mpus, Mi, bangun donk udah siang nih," jawabku.
"What? Mpus ngapaiin pagi-pagi kesini?"
Ekspresi Mimi lucu kalau lagi kaget plus salah tingkah.
"Gak papa kangen aja, lha kita gak punya handphone, makanya aku gak bisa telepon kamu, langsung kusamperin aja deh," jawabku sambil cengar cengir.
"Idih, aku kan malu muka masih ileran gini udah diapelin. Tunggu depan sana gih, aku mau mandi dulu,"

Daripada kena semprot akupun menurut, kulenggangkan badan kembali ke halaman depan dan menunggu disana. Kulihat majikannya Mimi sudah siap berangkat kerja, dikeluarkannya sepeda motor dari halaman. Saat akan mengunci pagar, dia masih menyapaku.
"Mpus, baik-baik ya sama Mimi. Aku berangkat kerja dulu. Daa daaa,"
Meooow, jawabku melepas kepergiannya.

Sambil duduk di dekat pintu aku menunggu Mimi keluar. Lumayan lama aku menunggu, emang cewek sama saja ya, kalau dandan lamanya bukan main.
"Hai Mpus, sorry lama, tumben pagi-pagi sudah kesini," sapanya setelah melompati jendela.
"Eeng, ada yang mau kuomongin ke kamu," jawabku agak grogi.
"Ngomong apasih?langsung aja nggak usah pakai basa-basi," tanyanya nggak sabar.
"Eem, gini Mi, aku pengen nikah sama kamu, kamu mau nggak?" tanyaku to the point, salah sendiri dia nggak sabaran.
"What? Are you serious?" tanya Mimi setengah tak percaya.
"Of course, im very serious," sejak kapan ya kucing bisa bahasa Inggris? Wkwk
"Well, give me some times to think about it," ujarnya masih dengan bahasa Inggris, mungkin karena saking terkejutnya.

"Baiklah, besok aku kesini lagi ya.. Tak perlu terburu-buru, kamu boleh berkonsultasi dengan majikanmu dulu. Kalau begitu aku pulang dulu, daah Mimi," jawabku selow, aku tak mau terlalu menyudutkannya. Masalah seperti ini tentu perlu dipikirkan dengan matang. Aku mau saat menikah nanti, dia sudah benar-benar siap menjalankan perannya sebagai istri yang baik bagiku.

To be continued

*masih belajar nulis, jangan baper yah..ehehe
*buat yang sedang berproses menuju halal, semoga dilancarkan😊
*pesen undangan dan maharnya bisa ke www.byrequestcraft.com