Rabu, 31 Januari 2018

Aku dan Maduku


"Caca! Sudah mama bilang, jangan suka pukul adik!", teriakku pada sulungku. Gadis kecil itu menangis lalu segera berlari menuju Nesya, maduku. Nesya segera sibuk menenangkan anakku, hatiku makin panas lalu segera aku masuk ke kamar dan kukunci dari dalam. Buliran hangat mengalir di pipiku, inginku berteriak tapi kutahan, ku ambil bantal lalu kulempar sekeras-kerasnya di atas kasur. Ah, ingin ku melampiaskan kekesalanku dengan membanting piring dan gelas, tapi kupikir buat apa? Malah aku sendiri nanti yang repot membersihkan.

Jika kupikir-pikir ini memang kesalahanku sendiri, ngapain juga sok-sokan mengijinkan suami menikah lagi. Sekarang ketika menjalani kehidupan setelah dipoligami, hampir tiap hari aku jadi uring-uringan. Penyesalan terbesarku adalah, ketika aku marah tanpa sadar anak-anak menjadi korban. Akupun makin tergugu, kututup mukaku dengan bantal agar suara tangisku tak kedengaran.

Namanya Nesya, wanita cantik yang kini menjadi maduku. Dia memiliki banyak kelebihan, dia sabar, dia pandai, dia menyenangkan, dia lihai mengurus rumah, dan dia suka memasak. Sungguh aku minder dibuatnya, rasa cemburu di dadaku tak tertahankan, sakit rasanya.

Tak berapa lama suara motor terdengar, suamiku pulang. Hari ini adalah hari giliran Nesya, jadi aku memilih tetap di kamar. Kemudian pintu kamarku diketok, akupun beranjak membukakan. Suamiku masuk, di tangannya ada kresek, biasanya berisi makanan. "Kok merengut gitu suaminya datang", ujarnya menggoda. "Biarin, ngapain juga papa kesini? Ini hari kan giliran Nesya", jawabku sekenanya. "Emang papa gak boleh kesini? Kata Nesya mama ngambek, dia bilang papa boleh sama mama hari ini", ujarnya mencoba menghiburku.

"Ini papa bawa makanan, makan dulu yuk", ujar suamiku. Akupun beranjak keluar kamar, kulihat anak-anak main bersama Nesya. Kuambil piring dan segelas air, lantas kembali ke kamar. Suamiku membawa batagor, kami memakannya bersama. Sebungkus lagi diletakkan di meja makan, buat Nesya dan anak-anak.

Menjelang malam, anak-anak sudah kutidurkan. Suamiku berbaring dalam kamar sambil memainkan handphone nya. "Pa, mama mau ngomong bentar", ujarku padanya. "Iya kenapa?", jawabnya sambil meletakkan handphone. "Mama ngerasa berat menjalani hidup sejak adanya Nesya, mama sering uring-uringan dan anak-anak selalu menjadi korban", ujarku mencoba memaparkan. "Iya, terus?", suamiku menjawab penasaran. "Tidakkah papa sadari kalo mama tertekan? Sepertinya mama g sanggup melanjutkan hidup seperti ini, Pa", suamiku mengernyitkan dahinya.

"Jadi mama minta bagaimana?", ujar suamiku meminta kejelasan. "Mama minta cerai saja, Pa. Mama gak minta papa ceraikan Nesya karena dia wanita baik. Sepertinya papa lebih bahagia bersamanya. Lagipula sudah 10 tahun mama merasakan bahagia bersama papa. Mungkin memang sudah waktunya wanita lain merasakan hal sama", jawabku sambil menahan air mata. "Papa gak mau!", jawabnya tegas. "Kenapa pa? Papa mau mama stress?", aku mulai mendesak. "Kenapa mama kasih papa pilihan sulit?", suamiku mulai emosi. "Papa juga memberi mama pilihan sulit saat mau poligami", jawabku padanya.

"Sudahlah Pa, hidup ini penuh pilihan. Mama ikhlas berpisah sama papa, asal anak-anak ikut mama. Akhir pekan mama tetap antar anak-anak ke rumah", ujarku mencoba memberi tawaran. "Beri papa waktu, akan papa pikirkan", jawabnya mulai tenang.

To be continued

#TantanganODOP2 #Onedayonepost #ODOPbatch5

Selasa, 30 Januari 2018

Suamiku


Teruntuk pemilik wajah tampan rupawan
Yang sekarang telah menjadi pendamping hidupku
Gandenglah tanganku
Bimbinglah aku
Masih banyak kurangku
Namun keinginan tuk menjadi
Pendamping terbaik untukmu
Tak pernah surut dimakan waktu

6 tahun kita bersama
Menjalani suka dan duka
Ada kala kita tertawa
Ada kala kita menangis berpelukan
Semoga segala warna kehidupan
Makin mengeratkan gandengan kita

Ridhomu suamiku
Menjadi pintu surgaku
Mudahkanlah jalanku
Untuk menggapai Ridho Tuhanku

Senin, 29 Januari 2018

Sepotong Kisah Gadis Desa


Kelas 5 SD Yani pindah dari kota ke desa karena rumah yang dibangun perlahan oleh ayahnya di sebelah rumah neneknya telah jadi dan siap ditinggali. Sebelumnya keluarga mereka mengontrak di kota tak jauh dari tempat kerja ibunya yakni di kantor kabupaten. Mata Yani sembab saat perpisahan dengan kawan-kawannya di sekolah, 5 tahun bersama tentunya menggoreskan begitu banyak kenangan bersama.

Di desa Yani bersekolah di SD tak jauh dari rumahnya. Tanpa memerlukan waktu lama dia mulai terbiasa dengan kehidupan di desa. Sepulang sekolah dia memiliki kebiasaan baru yakni bermain bersama Lusi, tetangga sekaligus teman sebangkunya. Hari ini Lusi mengajaknya bermain layang-layang.

Lusi mengajari Yani cara membuat layang-layang, pertama mereka mencari sebilah bambu di halaman belakang. Setelah itu bambu dipotong menjadi bilah-bilah bambu kecil untuk rangkanya. Lalu bilah bambu dirangkai dan diikat kuat dengan benang. Selanjutnya mereka menempelkan kertas berwarna warni di atas rangka yang telah dibuat. Terakhir mereka mengikatkan tali yang kuat di ujungnya untuk mengendalikan saat layang-layang terbang. Dan taraaa, jadilah layang-layang mereka.

Dengan menaiki sepeda berboncengan mereka pergi ke tanah lapang. Mereka segera berlarian menerbangkan layang-layang buatan mereka. Layang-layang membumbung tinggi di angkasa, Yani senang bukan kepalang. Ternyata menjadi gadis desa sungguh mengasyikkan, karena di desa alam masih asri dan udara masih segar. Yani bisa bermain banyak hal di sekitar rumahnya, dia pernah membantu Lusi mengembalakan kambing, berenang di sungai, mencari kayu bakar, hingga dikejar-kejar angsa di pinggir sawah, menyenangkan bukan? :)

#TantanganODOP2 #Onedayonepost #ODOPbatch5

Minggu, 28 Januari 2018

One Day One Post


6 hari sudah aku lewati sejak tantangan One Day One Post (ODOP) dimulai. Alhamdulillah bahagia rasanya bisa bergabung di komunitas ini. Banyak sekali ilmu yang aku dapatkan tentang dunia kepenulisan. Aku si awam yang masih belajar, mencoba memahami dan mempraktekkan sedikit demi sedikit ilmu yang kudapat.

Tulis saja apa yang ada di pikiranmu, jangan terlalu banyak mikir. Itulah catatan pertama di Pra ODOP, perbanyak membaca dan teruslah menulis. "Ketika kita sudah bisa menulis semudah mengoles margarin di atas roti, maka saat itulah kita telah menemukan gaya penulisan kita", ujar Uncle Ik.

Kenapa kita harus menulis di blog, bukannya di medsos? Karena jika ditulis di medsos tulisan kita akan tenggelam oleh status-status kita. Di blog kumpulan tulisan kita menjadi lebih mudah diarsipkan dan dicari lagi saat dibutuhkan. Materi tentang blog ini disampaikan oleh bang Tran.

Bagaimana jika kita kehabisan ide? Tidak punya ide merupakan sebuah ide tulisan. Semua yang ada di sekitar kita merupakan lautan ide yang siap dirangkai menjadi kalimat-kalimat indah penuh makna. Jadi teruslah menulis hingga kau mampu menghasilkan sebuah karya yang bermanfaat.

Jadi inilah ikhtiarku untuk menjadi seorang penulis, belajar dan berlatih bersama komunitas ODOP. Aku ingin bisa membuat novel suatu saat nanti, alhamdulillah jika bisa diangkat menjadi sebuah film. Terlalu mulukkah? Tak apa, aku akan berproses ke sana, mungkin butuh bertahun-tahun untuk mewujudkannya. Bismillah..

#TantanganODOP1 #Onedayonepost #ODOPbatch5

Sabtu, 27 Januari 2018

Menerima Takdir Tuhan


Kriing… kriing…
Bunyi telepon berdering, aku segera mengangkatnya. "Assalamualaikum", ujarku memulai percakapan. "Waalaikumsalam. Nduk, Ca, iki bude Ti", terdengar suara serak di seberang. "Nggeh bude Ti, teng nopo?", ada perasaan tak enak mulai menelusup di dadaku.
"Nduk sampeyan sabar ya, maringene sampeyan dijemput nyang omahe ma'e..seng sabar ya nduk", ujar suara di seberang diiringi isakan. Tangisku pun tak dapat kutahan, "Teng nopo tho bude?", tanyaku sambil tergugu. "Ibu e sampeyan nduk, mau kecelakaan, pokok sampeyan seng sabar ya, maringene dipapak", jelas bude Ti sesenggukan lantas ditutupnya sambungan telepon. Aku menangis sejadi jadinya, adik-adikku heran. "Opo o mbak?", tanya mereka mulai ikut merasakan kesedihan. Aku menyeka air mata dan menahan tangisanku seketika, "Gak, gak popo, maringene awak dewe nyang omahe ma'e ya", ujarku sambil terisak.

Tak berapa lama jemputan datang, kedua adikku dibawa terlebih dahulu. Aku bilang, aku akan menyusul bersama paklik dan bulik yang kebetulan rumahnya bersebelahan. Aku butuh shalat untuk menenangkan diri. Sebenarnya aku sudah shalat maghrib dengan tergesa, tapi saat ini aku butuh shalat lebih khusyuk agar pikiranku tenang. Maka kuulang lagi shalatku, berjamaah dengan keluarga paklik. Setelah shalat kami bergegas berangkat naik motor, dengan dibonceng paklik di depan, bulik di tengah, dan aku di belakang, kami pun berangkat ke rumah ma'e, panggilanku kepada nenek dari ibuku.

Di tengah perjalanan ada ambulans di belakang, bulik memegangiku seketika, khawatir aku pingsan. Pikiranku kalut, segala pikiran buruk memenuhi kepalaku,tapi aku masih berusaha tenang. Setibanya di rumah nenek aku langsung digiring di kamar. Di sana ada kedua adikku, kupeluk mereka lalu akupun berkata, "Seng sabar ya le, nduk", ujarku mencoba tabah. Paklik juga menasehati kami, bahwa segala makhluk hidup pasti akan mati, dan tempat kita kembali adalah kepada Allah semata.
Sebagai kakak tertua aku tak mau adik-adikku sedih dan kehilangan harapan, oleh karena itu aku menahan tangisanku di depan mereka. Akupun beranjak ke ruang depan, para tetangga sudah berkumpul sejak aku datang. 

Di ruang tamu ibuku dibaringkan, beliau sudah wafat. Aku mendekat, kulihat wajah ayu ibuku sudah pucat, ada luka goresan di wajahnya yang sedikit bengkak sebelah, sedikit darah keluar dari hidung dan telinga. Aku elus ibuku mulai dari kepala, badan, hingga telapak kakinya. Tidak banyak luka di sana, memang luka fatal hanya di kepala, luka dalam yang membuat ibu menghembuskan nafas terakhirnya. Dadaku sesak, bulir bulir air mata berjatuhan tak dapat kutahan. Ibuku tercinta telah tiada, beribu khawatir semakin membuncah, jika tanpa ibu, aku, bapak, dan adik-adik bagaimana?

"Inna lillahi wa inna ilaihi roojiuun", di posisiku sekarang doa ini begitu berat terucap. Kita semua diciptakan oleh Allah, dan hanya kepada-Nya kita akan berpulang. Sabar itu ketika pertama kali kita mendapat musibah dan kita tawakkal, mengembalikan semua kepada-Nya.  Akupun berusaha meresapi setiap makna sabar, dan sungguh sabar dan shalat menjadi penolongku untuk tetap tegar menghadapi kenyataan. Aku turut serta memandikan ibu, lantas pak Mudin mengkafaninya. Kami mendirikan shalat jenazah lantas mengaji bersama. Malam itu aku ikut membaca al quran disamping jenazah ibu yang telah terbungkus kafan.

Pagi tadi ibu mengantar bapak berangkat kerja naik bus ke Surabaya. Lantas ibu berboncengan dengan paklik adik keempat ibu naik sepeda motor menuju Mojokerto rumah bulik adik ketiga ibu. Pulang dari Mojokerto melewati Pare, ibu dibonceng paklik mencoba mendahului angkutan umum. Tak diduga ada sebuah motor yang dikemudikan oleh orang yang belakangan diketahui dalam keadaan mabuk, ikut mendahului motor yang dinaiki ibu dan paklik. Setir motor disenggol hingga kehilangan keseimbangan, tubuh mereka berdua pun terhempas ke pinggir jalan. Paklik datang malam itu dengan penuh luka, beliau menangis meminta maaf padaku. Akupun berkata padanya, tak ada yang perlu dimaafkan, ini semua sudah menjadi takdir Allah Yang Maha Kuasa.

Bapak datang di pagi keesokan harinya dengan sedih tak tertahan, beliau menangis keras tak menduga istrinya tercinta dipanggil Allah begitu cepat. Aku SMA kelas 1, adik keduaku kelas 6 SD, dan adik terkecilku masih TK. Saudara bapak memeluknya dan mencoba menasehati bapak agar tabah, aku hanya bisa mendekat dan kami pun berpelukan menangis bersama.

Aku ikut mengantar jenazah ibu ke pemakaman, kawan-kawanku berdatangan. Mereka menggandeng tanganku menuju makam, aku berjalan sambil menahan sedih di dada. Kulihat prosesi pemakaman, perlahan tubuh ibu diturunkan ke lubang makam. Aku perhatikan saat tubuhnya ditutupi tanah, dan aku tersadar itulah saat terakhir aku bisa melihat ibuku tersayang.

Setelah doa dipanjatkan para pelayat satu per satu pulang, aku menjadi orang terakhir di makam. Aku mencoba memanjatkan doa-doa untuk ibuku, aku tahu segala amal ibu terputus kecuali tiga hal, salah satunya adalah doa anak sholih. Maka sejak saat itu aku berjanji berikhtiar menjadi anak sholih demi kedua orang tuaku dan senantiasa mendoakan. Allahummaghfirlaha warkhamha wa aafiihi wa'fuanha. Yaa Allah, terimalah ibuku tercinta di sisi-Mu. Lapangkanlah kuburnya, berikanlah kepadanya nikmat kubur tak terbatas. Mudahkanlah hisabnya, dan kumpulkanlah kami di surga-Mu kelak. Aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin.

#TantanganODOP1 #Onedayonepost #ODOPbatch5

Jumat, 26 Januari 2018

You and Me Became Us



Rasa cinta adalah fitrah setiap manusia, jika kita merasa ada ketertarikan pada lawan jenis itu adalah normal, dan sebaliknya jika tidak tertarik dengan lawan jenis malah tidak normal, khawatir kena virus elgibiti :D. Ketika remaja hingga sebelum menikah, saya pun merasakan ketertarikan dengan lawan jenis, tidak hanya sekali namun beberapa kali. Walaupun demikian pada akhirnya semua hanya sekedar gejolak hati yang akan meredam dengan sendiri jika tak diperturutkan. Ya, saya memilih tidak memperturutkan hawa nafsu saya, saya tak pernah menyatakan cinta karena saya merasa belum siap menikah.

Saya juga selalu mempertimbangkan ketika menyukai seseorang, apa dia cocok dengan saya, sesuai dengan harapan saya, jawabannya tidak. Rata rata orang yang saya sukai masa itu standartnya belum sesuai dengan harapan saya, dan itu membuat saya mudah melupakannya.

Alih alih sibuk dengan perasaan cinta yang membuat galau, saya lebih memilih fokus memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah. Saya yakin kita akan dipertemukan dengan pasangan yang sekufu (sederajat) dengan kualitas diri kita. Oleh karena itu jika kita ingin pasangan yang keren maka kita harus memantaskan diri kita hingga tiba saatnya Allah mempertemukan kita dengan pasangan tercinta.

Alhamdulillah di usia 23 tahun penantian saya terjawab sudah, Allah mendatangkan seorang ikhwan pilihan-Nya untuk menjadi pasangan hidup saya. Kami tak pernah kenal sebelumnya, tapi dia adalah representasi dari harapan-harapan saya. Maka nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan? Saya bahagia menjalani biduk rumah tangga bersamanya. Ada kalanya kami tertawa bersama, sesekali kami juga menangis berpelukan. Memang kehidupan pernikahan tak pernah sepi dari cobaan, tapi semoga segala aral rintangan membuat kami semakin erat bergandengan.

Suami saya, Adnan Rachmad Anom Besari, adalah ikhwan idaman saya. Bagaimana tidak, dia tampan menurut saya, pintar, jika tidak dia tak akan menjadi dosen, dan yang terpenting dia sabar. Cukup 3 hal itu memang kriteria saya, tapi baru mas Anom-lah yang bisa memenuhinya, dan alhamdulillah dialah jodoh saya. Maka nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan? Kini, 6,5 tahun telah kami lalui bersama, 2 gadis kecil telah mewarnai kebersamaan kami. Menikah adalah ibadah terpanjang, jika Allah ijinkan, saya ingin menua bersamanya hingga maut memisahkan. Semoga kami sekeluarga dikumpulkan kembali di surgaNya, aamiin.

#TantanganODOP1 #Onedayonepost #ODOPbatch5

Kamis, 25 Januari 2018

Kisah Cinta Dua Semester


Di sebuah sudut suatu kelas, duduklah seorang gadis. Dia pendiam tak banyak bicara, hanya mengamati kondisi sekeliling sambil bergumul dengan pikirannya. Ada seseorang yang merebut perhatiannya, seorang pemuda yang memiliki kepribadian bertolak belakang dengannya. Seorang pemuda yang suka "cari perhatian", tanpa malu berbicara dengan keras mengeluarkan segala uneg unegnya. Dia lucu, dia gaul, dia menyenangkan, sayang gadis itu hanya bisa memperhatikan dalam diam, tersenyum dalam senyap.

Sang gadis selalu memperhatikan gerak gerik sang pemuda. Lama kelamaan perhatiannya pun disadari oleh sang pemuda. Tak diduga, pemuda itu mulai menaruh perhatian pula kepada gadis pendiam. Si gadis yang perasa, tentu saja sadar akan gerak gerik pemuda ini. Dia galau, antara menerima atau menghindar. Gadis ini, sudah cukup lama mengaji, dia tau bahwa pacaran itu tidak boleh dalam Islam. Akhirnya dia pun memilih diam seperti biasa, dan ketika pemuda itu mendekat, dia perlahan menghindar.

Kisah mereka berlanjut, walaupun hanya dalam diam ternyata kawan-kawan mereka mulai menyadari bahwa di antara mereka berdua ada rasa. Pernah suatu saat guru wali mereka menempatkan pemuda lain di sebelah si gadis karena ramai di kelas. Sang pemuda melempari kawannya dengan kapur, si gadis tertawa dalam hati, bisa saja dia menunjukkan cemburu. Menjelang kelulusan, guru wali mengadakan syukuran di rumahnya. Si gadis berangkat naik angkutan umum ke rumah sang guru. Acaranya ramah tamah dan pulangnya agak malam sekitar pukul 9, si gadis bingung bagaimana nanti pulang.

Si gadis sudah mengira, kawan kawannya akan kong kalingkong di belakang mencoba menjodohkannya dengan si pemuda. Maka gadis ini melakukan tindakan pencegahan, dia meminta seorang pemuda kawannya, yang dia kira tak punya rasa padanya, untuk mengantarnya pulang. Pemuda kawannya ini gaul pada siapa saja, jadi gadis ini merasa aman jika bareng dengannya karena tidak akan ada gosip setelahnya. Dan seperti dugaannya, saat menjelang pulang guru wali bertanya, "Yani, nanti pulang sama siapa?". "Bareng Andi pak", jawab si gadis. Sang pemuda yang dari tadi berusaha dekat-dekat dengan si gadis, nampak kecewa. Dalam perjalanan pulang pemuda itu membuntuti dari belakang, sungguh kasihan.

Diriwayatkan oleh Hakim, Khatib, Ibnu Asakir, Dailami dan lainnya; Rasulullah bersabda;

“Barang siapa yang jatuh cinta, lalu tetap menjaga kesucian dirinnya, menyembunyikan rasa cintanya dan bersabar hingga mati maka dia mati syahid.” Sungguh sangat beruntung orang yang mencintai dengan kesucian diri dan berlindung dari godaan syetan yang terkutuk. Tentunya orang yang menjaga cintanya yang suci hingga ia meninggal dunia.

Maka wahai para remaja, yang sedang jatuh cinta. Marilah kita simpan saja rasa itu di dada, karena jika kau mati dalam kondisi mencinta dan kau menyimpannya demi kesucian maka kau mati dalam kondisi syahid sebagaimana diriwayatkan dalam hadist di atas. Maka sungguh mulia orang yang mencinta, yang tetap menjaga kesucian dirinya. Janganlah kau perturutkan nafsumu, sangat ironi saat banyak berita berseliweran menceritakan tentang remaja yang hamil di luar nikah. Sedih, semoga tak terulang lagi, semoga kita dan keluarga kita selalu terjaga dari hawa nafsu yang menyesatkan, aamiin.

#TantanganODOP1 #Onedayonepost #ODOPbatch5

Note:
Hadits di atas derajatnya dha'if. Catatan dari mbak Ega Yutafia Dewi :
Sebenarnya tidak hanya hadist shahih saja yang bisa dijadikan dasar hukum. Hadist hasan bisa dipakai juga, asal tidak bertentangan dg hadist shahih.
Kalau masuk yang dha'if tidak boleh diamalkan dalam masalah aqidah atau hukum. Tapi boleh diamalkan dalam masalah fadhilah (keutamaan), targhib (mendorong pada kebaikan), tarhib (menakut-nakuti dari kejelekan), dan dalam mengemukakan kebaikan-kebaikan dengan syarat-syarat.

Rabu, 24 Januari 2018

Life Must Go On


“Kau kira dirimu sudah baik apa? Kerjaan rumah aja gak ada yang bener!”
“Emang ibu ini pembantumu?! Enak aja numpuk-numpuk baju , piring, berantakan di sana sini!”
“Kamarmu itu kayak kapal pecah tau! Lihat tuh debu dimana-mana”
“Aku nggak tenang ninggalin kamu sendirian di rumah, bisa-bisa rumah ini terbakar karena ulahmu!”
“Kamu kira aku bodoh apa?! Jangan coba-coba minteri aku ya! Kalo bapakmu cuma lulusan SMA bisa kau kibulin, kalo aku g bakal percaya!!”
“Kamu itu yang membuat aku dan bapakmu selalu bertengkar! Dasar biang onar!!”
“Dasar maling! Adikmu bilang kamu pinjam penggarisnya gak kamu balikin. Maling itu kalo ambil sesuatu gak mbalik. Ya kayak kelakuanmu itu!”

Bayangkan jika cemoohan dan hinaan seperti itu diulang terus dan terus setiap hari setiap saat tanpa henti kepadamu, apa yang akan terjadi? Yap benar, kamu mungkin akan meledak, you will blow up! Kamu akan menganggap dirimu benar-benar buruk dan tidak ada kebaikan dalam dirimu. Dan itu terjadi padaku, everyday became a scary day, life like a hell.
She is my step mother, we like a cat and a mouse. She never stop complaining to everything I do. Nothing right, I always wrong!!

Ok itu pernah terjadi, dan aku sempat depresi. Tapi aku bersyukur aku punya iman, aku percaya Tuhan, aku berteman dengan orang-orang sholih. Walaupun aku tak pernah bercerita pada siapapun pada saat itu, namun kebersamaan dengan mereka cukup menjadi pelipurku. I love my brothers and sisters in Islam. They give me power, they make me stronger, we laugh together.

Now my father passed away, he always do the best for his children. Silaturahmiku dengan ibu masih berjalan, aku berusaha memaafkan beliau, dan semoga beliau pun memaafkanku dan keluargaku. Life must go on. There is a long journey to be a better people. Semoga akhir hidup kita menjadi akhir terbaik bagi kita, akhir hidup yang khusnul khatimah.

#TantanganODOP1 #Onedayonepost #ODOPbatch5

Selasa, 23 Januari 2018

Story About Me (part 2)



Tahun 2010 saya melihat kawan-kawan saya lulus, namun saya masih terkendala di TA yang belum selesai. Karena beban kuliah saya tinggal TA, akhirnya saya memutuskan untuk mulai bekerja, namun pekerjaan yang bisa dilakukan tanpa meninggalkan kuliah. Alhamdulillah saya diterima sebagai SPV asrama putri beasiswa ETOS Dompet Duafa. Saya menjalani kehidupan yang luar biasa selama menjalani amanah ini.

Beastudy Etos adalah salah satu program beasiswa untuk calon mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Sistem seleksinya mirip dengan bidik misi, para mahasiswa yang lolos seleksi akan mendapatkan bantuan uang masuk perguruan tinggi, uang spp, saku bulanan, dan asrama beserta pembinaan untuk mengembangkan diri. Tinggal seatap bersama para mahasiswi dengan background keluarga kurang mampu namun memiliki prestasi dan semangat tinggi untuk melanjutkan study dan mengangkat kondisi keluarga memberikan banyak pelajaran berharga bagi saya. Walaupun saya sebagai SPV asrama, sejatinya saya yang belajar banyak dari mereka. Saya belajar tentang kerja keras dalam keterbatasan, saya belajar kreativitas untuk meningkatkan taraf hidup dan penghasilan, dan tentu saja disiplin serta tanggung jawab. Di asrama kami dibiasakan untuk shalat berjamaah, saling membangunkan saat waktunya shalat malam, kajian setelah shubuh dengan mengkaji kitab-kitab dan hapalan, serta menjalankan piket dalam rangka menjaga kebersihan dan kenyamanan di asrama. Selain sebagai SPV saya juga diamanahi sebagai bendahara, di sini saya belajar mengelola keuangan dan membukukannya. Ada juga berbagai program pendampingan dan pengembangan diri untuk penerima beasiswa yang bisa saya ikuti yang tentunya memberikan banyak ilmu dan pengalaman bagi saya.

Setelah 8 bulan membersamai adik-adik Etos, sebuah babak baru kehidupan saya dimulai. Sebuah proposal dari seorang ikhwan diserahkan kepada saya oleh murobbi setelah hampir setahun saya mengumpulkan proposal nikah sebagai tanda bahwa saya siap berikhtiar mencari jodoh lewat jalur yang syar’i yakni taaruf. Saat itu bertepatan dengan bapak yang tiba-tiba mengatakan kepada saya akan memberikan lampu hijau untuk menikah walaupun sebelumnya beliau keukeh bahwa saya harus lulus sebelum menikah. Dan gayung bersambut, bapak langsung menyatakan iya begitu selesai membaca proposal sang ikhwan. Proses persiapan untuk pernikahan pun dilaksanakan dan di tahun 2011 saya resmi menjadi istri seorang ikhwan bernama Adnan Rachmad Anom Besari.


Suami saya bukanlah seseorang yang saya kenal sebelumnya, kami menikah berbekal tsiqoh pada murobbi dan takwa kepada Allah semata. Cita-cita kami adalah meniti biduk rumah tangga bersama, membentuk keluarga sakinah, mawaddah wa rohmah, istiqomah di jalan dakwah hingga berkumpul di surga. Kami ingin mendidik buah hati kami menjadi anak anak yang sholih sholihah yang tumbuh sebagai penerus estafet dakwah, menjalankan peran peradaban mereka dengan sebaik baik akhlaknya. Semoga Allah meridhoi kami sekeluarga dan memudahkan segala upaya kami untuk memberikan peran terbaik yang bisa kami persembahkan bagi peradaban.

#TantanganODOP1 #Onedayonepost #ODOPbatch5

Senin, 22 Januari 2018

Story About Me



Seorang wanita pendiam namun keras kepala, suka menyendiri tapi penuh obsesi, tidak mudah bergaul tapi suka memimpin, gabungan aneh antara plegmatis dan koleris. Ya, itulah gambaran singkat kepribadian saya. Alhamdulillah saat ini saya bangga dengan karunia yang saya miliki, sujud syukur kepada Allah atas hidup ini dengan segala lika likunya. Saya sempat minder dengan sifat pendiam saya, ketika kawan-kawan dengan mudahnya mengobrol haha hihi dan saling melempar joke tanpa henti, apalagi semasa SMP saya di kelas yang terkenal paling ramai. Kelas 3E SMPN 1 Kediri, itulah kelas saya, selama 3 tahun kami bersama, melalui masa remaja yang penuh suka cita. Saat SMP saya suka bersolek, tubuh masih langsing, wajah masih mulus tanpa jerawat. Saat itu saya belum mendalami agama sebaik sekarang, belum memiliki konsep bahwa pacaran itu dilarang dalam Islam, bahwa kita tidak boleh mendekati zina. Alhamdulillah walau saat itu saya tidak menyadarinya, sifat pendiam telah menyelamatkan saya dari yang namanya pacaran. Memang sesuatu yang kita anggap baik belum tentu baik di Mata Allah, dan sesuatu yang kita anggap buruk bisa jadi adalah baik di Mata Allah, subhanallah.

Masa SMA saya merupakan titik balik kehidupan yang sangat drastis bagi saya. Saat kelas satu di SMA N 2 Kediri, saya memiliki kawan dekat yang gaul, Nia namanya. Dia menjembatani saya untuk menjadi gaul juga, walaupun saya tetap dengan style pendiam. Pernah dia tiba2 berkunjung ke kosan saya lantas mengajak nonton bioskop hingga tengah malam, karena kemalaman saya pun menginap di rumahnya. Bagi saya itu merupakan sebuah kenakalan, namun saya senang bisa dekat dengan kawan2 sekelas. Menjelang kenaikan kelas sebuah kejadian menimpa saya, ibu meninggal dalam sebuah kecelakaan. Saya terpukul, dunia seakan gelap, saya sempat merutuki takdir, bertanya tanya, kenapa harus saya?

Saat itulah saya menemukan oase di kajian SKI, alhamdulillah luka saya karena kehilangan ibu menemukan pelipurnya. Kelas 2 SMA saya dan 2 orang adik saya ikut bulik, adik bapak saya. Di sana saya banyak belajar kehidupan yang sederhana, saya juga belajar mengaji, membetulkan makhroj dan tajwid yang masih belepotan dikala membaca Al Qur'an. Saat itu masih ada rasa tertekan di hati saya, namun saya mencari obat dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Akhirnya saya pun memutuskan untuk berhijab, alhamdulillah bapak merestui keinginan saya. Saya ingat betapa luar biasa sambutan kawan2 saat saya memutuskan berhijab, saya bahagia dan menyadari bahwa saya tidak sendirian, ukhuwah Islam menjadi salah satu penolong saya. Akhirnya saya memutuskan aktif di SKI dan mengikuti kajian pekanan, itulah awal mula saya semakin mendalami Islam dan aktif untuk berdakwah di organisasi2 sekolah dan kampus saat saya sudah kuliah.

Kelas 3 SMA saya kembali kos agar bisa fokus mempersiapkan ujian akhir dan ujian masuk perguruan tinggi. Saya menjalani masa kelas 3 ini dengan santai, saya tidak mau tertekan. Maka tidak jarang saya ketiduran di kelas, walaupun itu hal yang salah, namun mata seolah tidak bisa ditahan lagi jika sudah mengantuk. Walaupun di kelas saya agak tertinggal, tapi saya menghabiskan waktu di kos dengan belajar. Belajar mengerjakan soal-soal sambil tiduran ditemani dengan cemilan, sungguh saat itu saya menjadi sangat gemuk,wkwkwk. Alhamdulillah perjuangan terbayar tunai, saya lulus dengan nilai memuaskan dan diterima di jurusan Teknik Informatika ITS tahun 2006. Sujud syukur padaMu ya Rabb atas segala karuniaMu.

Saya memulai kehidupan kuliah dengan rasa bangga dan syukur yang mendalam. Melewati masa ospek yang menantang namun mengasyikkan. Begitu memasuki masa perkuliahan, saya ternyata merasa kepayahan, programming menjadi momok terbesar bagi saya. Sempat terpikir untuk menyerah, tapi saya suka tantangan, saya lanjutkan kuliah walau pontang panting mengejar ketertinggalan, alhamdulillah saya bisa lulus walaupun molor 4 semester.

Namun yang paling berkesan di masa kuliah saya adalah keaktifan saya di organisasi-organisasi Islam. Saya aktif di kajian jurusan SITC sekaligus di JMMI sebagai tim puskom FSLDK. Saya sangat totalitas menjalankan amanah saya, saya bahagia sekali ketika bisa berkumpul dengan saudara seiman dan berjuang bersama menyusun agenda-agenda dakwah. Banyak pengalaman yang saya dapatkan saat menjalankan amanah di organisasi-organisasi keislaman. Saya melanglang buana berkeliling Surabaya bahkan saya sempat ke Tuban, Semarang, Madiun, Madura dan berbagai kota dalam rangka menjalankan amanah dakwah. Saya bertemu dengan orang-orang sholeh sholeha yang membuat saya terpana dengan berbagai kekerenan mereka. Saya belajar bagaimana memanajemen, bagaimana menjadi pemimpin, bagaimana membuat sebuah event, banyak sekali kenangan indah dan pengalaman berharga yang saya dapatkan. Bertemu dengan berbagai orang membuat saya semakin menyadari indahnya ukhuwah, menjalankan berbagai agenda dakwah membuat saya semakin meyakini bahwa Allah lah tujuan utama. Saya makin mencintai jalan dakwah hingga saya rela menjalankan amanah sebagai ketua departemen Keputrian JMMI 2008-2009.

To be continued

#TantanganODOP1 #Onedayonepost #ODOPbatch5