Rabu, 21 Februari 2018

Remaja Keren karena Prestasi



Aku berasal dari keluarga yang sederhana, tidak miskin, tidak juga kaya, berkecukupan sesuai kebutuhan. Saat masih SD aku bersekolah di desa, kawan-kawanku kebanyakan dari keluarga sederhana sehingga tidak ada yang mencolok gaya hidupnya. Mulai SMP aku bersekolah di sekolah favorit, dan disana aku menemukan banyak 'gap' antara si miskin dan si kaya. Pesan dari bapak, "Bapak menyekolahkanmu di SMP favorit adalah untuk belajar mencari ilmu, jika kau lihat kawan-kawanmu berpenampilan mewah maka kamu tak perlu iri. Pahamilah kemampuan orang tuamu, dan bersyukurlah karena bapak hanya ingin kamu sekolah setinggi mungkin." Aku manggut-manggut saja saat bapak menasehatiku, dan ketika benar-benar menjalaninya aku baru paham.

SMP Negeri I Kediri adalah sekolah favorit di kotaku yang menjadi tujuan utama anak-anak pintar dan memiliki kemampuan ekonomi di atas rata-rata. Jadi tidak heran, jika persaingan di kelas sangatlah ketat. Perlu usaha ekstra agar mendapat rangking 3 besar di kelas, apalagi se sekolah. Alhamdulillah aku masih bisa nangkring di 3 besar kelas, walau sesekali pernah 5 besar, atau bahkan 10 besar. Awal-awal sekolah aku masih unyu-unyu, menginjak kelas 2 aku pun mengalami masa-masa pubertas. Aku mulai membandingkan penampilanku dengan kawan-kawan. Mereka yang rata-rata mengenakan barang-barang branded dan mahal memang terlihat lebih keren. Tapi akupun mengingat-ingat nasehat bapak, bukan untuk penampilan aku disekolahkan, sehingga aku mulai berdamai dengan keinginan-keinginan yang jika diperturutkan tak akan ada habisnya dan makin membebani kedua orang tuaku.

Alhamdulillah aku sebangku dengan teman yang sangat pengertian. Seorang kawan yang sangat bijak di usianya. Dia mampu tapi selalu berpenampilan sederhana, dia rajin dan selalu menempati peringkat 1 atau minimal 3 besar. Dia selalu fokus dan bersungguh-sungguh untuk berprestasi, aku menjadi termotivasi olehnya. Sehari-hari dia senang bercerita, sementara aku senang mendengarkan, maka kloplah kami. Dia seorang diva, sering diminta tampil bernyanyi di acara sekolah. Di sela waktu dia juga sering mengajakku bernyanyi, walau suaraku pas-pasan.

Sahabat sejatiku
Hilangkah dari ingatanmu
Di waktu kita saling berbagi..

Dengan kotak sejuta mimpi
Aku datang menghampirimu
Kuperlihatkan semua hartaku..

Kita slalu berpendapat
Kita ini yang terhebat
Kesombongan di masa muda yang silam...

Aku raja kaupun raja
Aku hitam kaupun hitam
Arti teman lebih dari sekedar materi...

Lagu oleh: Sheila On Seven

Hikmah dari masa mudaku dan cara orang tuaku mendidikku adalah, bahwa tidak semua keinginan harus diperturutkan. Ketika anak muda butuh pengakuan, maka dapatkanlah dengan prestasi. Jika bukan di bidang pelajaran, maka cari bakat apa yang dimiliki. Orang tua pun harus berusaha menggali sejak dini, passion apakah yang dimiliki anaknya sehingga bisa diasah. Jangan meratakan lembah, tapi tinggikanlah gunung, quote dari ust. Harry Santosa. Janganlah mencari pengakuan dari penampilan, karena tidak semua berkemampuan. Syukuri apa yang dimiliki, malulah apabila mencari diluar batas kemampuan apalagi jika masih meminta orang tua. Jika kau mampu berdikari dengan bisnis, maka itu adalah sebuah prestasi juga. Yuk jadi remaja keren karena prestasi :).

#Onedayonepost #ODOPbatch5

2 komentar: