Senin, 16 April 2018

Perjalanan Hidupku (part 6)


“Tugas Deskripsi dengan kata kopi, rumah, dan kenangan”


Di sebuah lapangan sekolah yang luas, wajah-wajah optimis penuh harapan berkumpul, berbaris dengan teratur. Di depan podium kepala sekolah memberikan sambutan dan petuah kepada para siswa baru yang diterima di sekolah yang beliau pimpin. Baris demi baris siswa baru dikumpulkan sesuai dengan kelasnya. Aku berada di barisan kelas 1 E, karena tubuh jangkungku, aku berdiri di bagian paling belakang. Entah mengapa panas yang terik tak terasa, mungkin karena kegelisahan di hari pertama sekolah menjadikan berdiri selama hampir setengah jam di bawah panasnya mentari justru memacu semangatku. Dengan hati berbunga-bunga kusimak penuturan panjang lebar oleh kepala sekolah. Aku tak sabar memulai hari demi hari sebagai seorang murid SMP Negeri 1 Kediri. Selama dua pekan ke depan kami akan menjalani Masa Oriestasi Siswa (MOS). Kegiatan MOS kami akan dipandu oleh kakak-kakak OSIS yang akan memperkenalkan lingkungan sekolah serta memberikan arahan tentang organisasi-organisasi yang ada di SMP 1. Keesokan harinya kami diminta datang pukul 06.00 dan tidak boleh terlambat, jika terlambat kami akan kena sanksi. Aku sempat bingung bagaimana caranya agar bisa sampai sepagi itu di sekolah. Saat pulang sekolah aku dijemput ibu dan diajak ke kantornya sambil menunggu waktu pulang ibu sekitar jam empat sore. Lantas ibu mengajakku makan di kantin terlebih dahulu, perutku yang sudah berbunyi sedari tadi seolah bersorak karena akan segera terisi.

“Bu, aku besok harus sampai di sekolah pukul enam pagi,” ujarku sambil memakan sepiring gado-gado yang terasa begitu nikmat.
“Ohya? Pagi sekali. Kalau berangkat dari rumah jelas tidak memungkinkan akan sampai sepagi itu. Apalagi ibu harus menyiapkan kedua adikmu terlebih dahulu,” jawab ibu sambil menyeruput secangkir kopi kesukaannya.
“Jadi bagaimana donk?” tanyaku dengan mulut penuh.
“Kalau ngomong makanannya ditelan dulu! Hmm, gini aja, kamu malam ini tidur di rumah nenek. Lalu besok pagi kamu berangkat setelah shalat shubuh naik kendaraan umum. Kan rumah nenek tak jauh dari jalan yang dilewati kendaraan umum,” usul ibu.

Akupun membayangkan harus berjalan menuju jalan raya di saat hari masih gelap, karena rumah nenek masih berjarak sekitar 300 meter menuju jalan raya. Setelah naik kendaraan umum pun masih memerlukan waktu sekitar satu jam menuju sekolahku. Tapi memang itu adalah solusi terbaik, mengingat rumahku berada di pelosok desa yang tak terakses kendaraan umum.
“Baiklah bu, kurasa itu solusi paling memungkinkan,” ujarku kemudian kepada ibu.

Sore sekitar jam empat kami menjemput adikku yang menunggu di rumah kos keluarga kami dulu. Kami sudah menganggap ibu kos sebagai keluarga sendiri, aku memanggil beliau mbah Katang. Mendatangi rumah yang tak jauh dari tempat ibuku bekerja ini membangkitkan kenangan masa kecilku yang kuhabiskan di salah satu kamar rumah ini. Bagus, adikku berangkat bersama denganku dan ibu dari rumah kami di desa, lantas sepulang sekolah menuju rumah mbah Katang sambil menunggu ibu pulang kerja. Sesampainya di sana, mbah menyambut kami lantas mengobrol dengan ibu. Aku ikut menonton Bagus yang sedang asyik bermain game play station bersama cucu mbah. Tak berapa lama kemudian kamipun berpamitan lantas berkendara pulang. Sesampainya di rumah menjelang maghrib kami bersih diri, shalat lalu makan malam. Akupun mempersiapkan seragam dan barang-barang yang perlu kubawa besok ke sekolah. Malam itu juga ibu mengantarku ke rumah nenek yang berjarak sekitar lima kilometer dari rumahku.

“Nenek, aku datang”, ujarku disambut nenekku senang, aku adalah cucu pertama nenek sehingga beliau begitu menyayangiku.
“Wah cucu nenek datang, malam ini bobok di sini ya?” tanya beliau.
“Iya Nek, soale besok aku harus berangkat subuh,” ujarku menjelaskan.
“Wah, berangkat subuh? Kenapa harus sepagi itu?” tanya nenek keheranan.
“Biasa Bu, begitulah pengkaderan awal masuk sekolah,” jelas ibuku singkat.
Kamipun bercengkerama sejenak, lantas ibuku berpamitan pulang karena hari sudah malam. Perjalanan dari rumah nenek ke rumahku banyak melewati sawah-sawah yang gelap jika malam, ibu takut jika kemalaman. Aku menatap ibu yang memacu motornya pulang, kubayangkan betapa lelahnya harus memacu kendaraan pulang pergi dari desa ke kota setiap hari, belum lagi jika kurepotkan dengan urusan sekolah sebagaimana hari ini. Aku hanya bisa mendesah dalam hati, semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan bagi ibu. Aku tak mampu membayangkan bagaimana hari-hariku jika tak ada beliau. Nenek mengajakku masuk ke dalam rumah untuk istirahat, bagaimanapun besok aku harus bangun sepagi mungkin agar tak terlambat sampai di sekolah.


#TantanganDeskripsiDengan3Kata
#KelasFiksi
#ODOPBatch5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar