“Bapak pulaaang! Horee,” teriakku demi melihat sosok bapak
yang muncul dari balik pintu samping rumah. Aku dan adikku segera berlari
berebutan untuk memeluk dan mencium bapak. Hampir tiga bulan bapak mengerjakan
proyek bendungan di Lamongan, momen kepulangannya kali ini tentu saja sudah
kami tunggu-tunggu. “Bapak bawa oleh-oleh apa?” Tanya Bagus lugu. “Ini ada
snack dan buah-buahan, yuk dimakan bareng,” jawab bapak ceria. “Tadi turun bis
dari Wates ke rumah naik apa?” tanya ibu sambil membantu membawa bawaan bapak.
“Naik ojek, biar surprise jadi
sengaja langsung pulang nggak minta jemput,” jawab bapak sambil
tersenyum-senyum. “Ohya, anak perempuan bapak katanya diterima di SMP 1 ya?
Selamat ya, Nduk,” ujar bapak sambil mengusap-usap kepalaku, akupun tersenyum
senang. Setelah bercengkerama sejenak sambil menikmati oleh-oleh, bapak segera
bersih diri lantas beristirahat. Keesokan paginya bapak berkata akan mengajak
kami jalan-jalan, tentu saja kami sangat senang.
Seperti yang dijanjikan bapak, menjelang siang kami
berangkat jalan-jalan di kota Kediri. Kami belanja di Golden swalayan, salah
satu swalayan terbesar di Kediri kala itu. Selesai belanja berbagai kebutuhan,
kamipun menonton film di bioskop Golden hingga petang menjelang. Bapak juga
mengajak kami makan bebek di depan Golden, salah satu kuliner favorit kami. Sebelum
pulang kami mampir duduk-duduk di depan stadion Kediri. Di sana kami
bercengkerama sambil melihat kendaraan berlalu-lalang. Aku dan Bagus lari-lari
berkejaran di halaman stadion yang luas. Bapak membeli jagung rebus sebagai camilan
sambil asyik mengobrol berdua dengan ibu. Memang suasana kota saat malam
memberikan kesan tersendiri terutama bagi keluarga yang sehari-hari hidup di
desa yang lengang jika malam tiba. Setelah puas jalan-jalan kami pun pulang
mengendarai sepeda motor berempat, aku duduk di depan bapak, sementara Bagus
dipangku ibu di belakang.
Jika pulang, biasanya bapak menghabiskan waktu sebulan atau
lebih lama sambil mencari proyek berikutnya di tempat yang berbeda. Meskipun
tidak bekerja, ada saja yang dikerjakan bapak di rumah. Suatu hari bapak
membuat taman, membangun pembatas tempat menanam bunga di samping tembok rumah.
Sesekali bapak juga berkebun, menanam bunga baru, mempercantik taman, atau
merawat tanaman yang sudah besar dan merapikan daunnya yang mulai tumbuh tak
beraturan. Pernah juga bapak membuat lukisan Tanah lot yang begitu indah, waktu
itu belum ada internet seperti sekarang, jadi bapak melukis berdasarkan ingatan
beliau ketika pernah bekerja di Bali. Aku paling suka menikmati indahnya
lukisan bapak, mengagumi bagaimana beliau menggoreskan setiap detail
pemandangan yang menyerupai wujud aslinya. Mungkin sejak itu pula aku mulai
suka menggambar, darah seni mengalir dalam darahku. Saat kecil bapak
menghasilkan banyak sekali karya lukisan, sayang jaman dulu lukisan-lukisan
tersebut tak laku dijual. Ujung-ujungnya kanvas-kanvas indah itu bernasib naas
sebagai tempat simbah menjemur kerupuk. Aku tertawa saat bapak bercerita
tentang nasib lukisannya, jika bakatnya diasah mungkin bapakku sekarang sudah
memiliki sanggar lukis dan menggelar pameran.
Salah satu buatan bapak yang sangat bermanfaat bagi kami
adalah kolam ikan. Di sana bapak memelihara puluhan ekor lele yang dipelihara
sejak masih benih ikan sebesar kecebong. Pernah suatu hari saat hujan deras
sekali, tiba-tiba bapak berteriak memanggil kami semua agar segera keluar rumah.
Ternyata karena derasnya hujan, air menggenang di atas mata kaki mengalir
menghanyutkan apapun yang dilewati termasuk lele-lele peliharaan bapak. Memang
kolam bapak dibangun menjorok ke dalam tanpa pembatas sehingga ketika banjir
ikan-ikan di dalamnya akan dengan bebas ikut berenang mengikuti aliran air.
Kamipun segera berlari mencari apapun yang bisa digunakan untuk menangkap ikan
yang berenang di segala penjuru. Aku membawa baskom, bapak membawa timba, Bagus
dan ibu pun membawa alatnya masing-masing. Kami tertawa-tawa berlomba menangkap
ikan yang berenang dengan gesit, jika berhasil tertangkap lele dimasukkan dalam
timba besar. Kami menikmati hujan-hujan sambil berlarian mengejar ikan, hari
itupun kami bersedekah lele ke penjuru desa. Malamnya kami pesta makan lele
goreng, besoknya makan lele pepes, dan begitu seterusnya hingga stok lele
habis.
Bersambung
#Tantangan1(Deskripsi)
#KelasFiksi
#ODOPBatch5
Wahhh.. Seru banget dunk hujan2 sambil nangkepin lele... Ini cerita yang indah mbak..
BalasHapusIya mbak..cerita yang sangat berkesan mbak..makanya g terlupakan😄
HapusAsyik banget hujan-hujanan bersama keluarga ya bun.
BalasHapusSaya jadi penasaran pengen liat lukisannya abah.
Iya mbak..asyik banget..sayang lukisan bapak tak pernah difoto
HapusAku ketinggalan berapa part~ T-T
BalasHapusBapak selalu punya cara buat menyenangkan anaknya~ :3
Baru part 4 mbak😁
HapusBisa dicari part lainnya..hehe
Iyaa bapak is the best😍
Salam buat Bapak.
BalasHapusAnak perempuan cinta pertamanya adalah bapaknya. Benar?
Saya sampaikan lewat doa mbak, beliau sudah almarhum😢
HapusBenar mbak, he is my first love
😭😭😭
BalasHapus😭😭😭
Hapus