Rabu, 04 April 2018

Perjalanan Hidupku (part 2)


Di sebuah ruangan kelas, bangku-bangku berjajar dengan nomor peserta ujian ditempel di ujungnya. Setiap meja terdapat satu nomor peserta berurutan dari depan ke belakang, kemudian berseling dari belakang ke depan. Aku mencari nomor pesertaku dan kudapati tempat dudukku ada di bangku paling depan, nomor dua dari sebelah kanan. Kupersiapkan alat tulis untuk ujian nanti, pensil yang sudah runcing, penghapus, stipo, dan bolpoint, oke all prepared. Waktu masih menunjukkan pukul 6.15, masih ada 30 menit menjelang ujian. Kusempatkan menuju kamar kecil untuk menunaikan hajat agar saat ujian tidak terganggu karena keperluan mendesak. Detik demi detik menunggu waktu ujian dimulai terasa begitu lama (ya iyalah, datangnya kepagian :D). Hingga masuklah seorang guru wanita berhijab ke dalam kelas, membawa beberapa amplop coklat besar dengan segel yang mengelilinginya. "Baiklah, beberapa saat lagi ujian akan dimulai," ujar bu guru tanpa basa basi. "Segala keperluan alat tulis dan kartu ujian kalian letakkan di meja, lalu tasnya kalian letakkan di depan," lanjut bu guru memberikan instruksi. Kami segera mengikuti setiap instruksi yang diberikan, lembaran soal dan lembar jawaban pun dibagikan begitu kami kembali ke tempat duduk masing-masing.

Waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal adalah 90 menit, kumanfaatkan setiap detiknya dengan maksimal. Mulai dari soal yang mudah berlanjut dengan soal yang rumit, satu per satu kukerjakan dengan mengerahkan segenap persiapan selama beberapa bulan terakhir. Setiap mengisi lembar jawaban kurapalkan dzikir dan doa dalam hati agar Allah memudahkan ujian kali ini. 15 menit sebelum waktu habis, seluruh soal telah terselesaikan, kumanfaatkan waktu yang tersisa untuk mengkoreksi setiap jawaban. Begitu waktu habis, bu guru meminta soal dan jawaban dikumpulkan, aku sempatkan berdoa agar mendapatkan hasil terbaik. Selanjutnya adalah istirahat, waktunya untuk menyegarkan kembali pikiran, mengganjal perut yang keroncongan, atau sekedar buang hajat di kamar kecil. Hari ini ada dua mata pelajaran yang diujikan, sedangkan besok hanya satu mata pelajaran. Aku melewati ujian nasional ini dengan usaha terbaikku, masalah hasil biar Allah yang menentukan, manusia tugasnya bertawakkal. Walaupun demikian doa-doa terus terpanjatkan memohon kemurahan Yang Maha Esa. Hingga tiba waktu pengumuman, hasil ujian nasional dibagikan dalam amplop putih oleh wali kelas. Hasil ujian nasionalku alhamdulillah cukup memuaskan dan menduduki peringkat teratas di sekolah. Puji syukur yang tak terhingga kupanjatkan pada Yang Maha Kuasa.

*****
Di siang yang terik, seorang ibu-ibu paruh baya membonceng anak gadisnya yang baru saja lulus sekolah dasar. Ibu itu mengenakan seragam kantor atas bawah berwarna coklat muda. Mereka berdua menuju SMP Negeri 1 Kediri, sebuah sekolah yang disebut-sebut terfavorit seantero Kediri. Setelah memarkir kendaraannya, sang ibu menggandeng putrinya menuju tempat pendaftaran yang sudah ramai sekali. Di tangan kanannya terdapat tas besar berisi berkas pendaftaran. Sementara itu tangan kirinya menggandeng putrinya yang sedang harap-harap cemas akankah berhasil lolos masuk di sekolah yang megah itu. Anak yang berusia 12 tahun itu memperhatikan setiap sudut sekolah yang akan dimasukinya. Kelas-kelasnya merupakan bangunan peninggalan Belanda dengan arsitektur  khas dan langit-langit yang tinggi. Kulit putih anak gadis itu memerah karena sengatan matahari, ditambah lagi dengan suasana yang ramai dan berdesakan mengakibatkan butiran peluh mulai menetes di sekitar dahinya. Anak itu berperawakan tinggi kurus, tingginya di atas rata-rata gadis seusianya. Wajahnya ayu dengan rambut lurus yang dikepang dua, matanya agak sipit, hidung cukup mancung, dan bibir sedikit tebal.

Selesai melakukan pendaftaran, ibu dan putrinya pun pulang dan menunggu pengumuman di hari selanjutnya. "Kalau dilihat dari pengumuman yang sudah daftar, tadi nilaimu ada di tengah-tengah, Nak," ujar ibu kepada Icha, anak sulungnya ketika makan malam bersama. "Iya bu, masih ada kemungkinan akan tergeser jika ada yang mendaftar dengan nilai lebih bagus," jawab Icha pelan. "Besok kita harus kesana lagi melihat pengumuman dan segera menarik berkas jika dirasa nilainya terlalu mepet dan terancam digeser oleh nilai yang lebih bagus," ujar ibu lagi. "Baik bu," jawab Icha sambil menyelesaikan suapan terakhir dari piringnya. Selesai makan keluarga itu menonton televisi bersama. Mereka duduk di kasur tipis yang digelar di depan televisi. Meskipun film yang mereka tonton bergenre komedi, Icha tak mampu tertawa lepas karena masih khawatir akankah dia diterima di sekolah impiannya. Malam pun semakin larut, Icha mulai berbaring di atas kasur di kamarnya yang bersebelahan dengan kamar orang tuanya. Ibu mengecup kedua pipi dan dahinya sambil mengingatkan agar Icha berdoa sebelum tidur. Di sampingnya terbaring adik laki-lakinya yang sudah pulas terlebih dahulu. Dipandanginya langit-langit kamar yang belum dipasang plavon. Dalam sunyi dia berbisik, "Yaa Allah, ijinkanlah aku masuk di sekolah impianku. Semoga aku bisa membanggakan orang tuaku dan mendapatkan prestasi di sekolah itu. Ridhoilah kami Yaa Rabb, aamiin," perlahan-lahan matanya yang makin terasa berat pun tertutup.

Bersambung

#Tantangan1(Deskripsi)
#KelasFiksi
#ODOPBatch5

14 komentar:

  1. Aamiin.
    Makin keren pendeskripsiannya.
    Next bunda ๐Ÿ˜‡

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah๐Ÿ˜Š
      Masih belajar mbak๐Ÿค—

      Hapus
  2. Aamiin... jd keinget ibu di rumah waktu nyariin sekolah buat adek ๐Ÿ˜ฅ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perjuangan ibu memang luar biasa ya mbak๐Ÿ˜ข

      Hapus
  3. aku malah keingetnya waktu masih sekolah, ujian sekolah, ujian masuk sekolah lanjutan.. dag dig dug. namanya anak perantauan, menunggu hasil ujian dilakukan sendiri.. hiks hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kereen mbak perjuangannya utk sekolah, doa ortu selalu menyertai hingga bisa sesukses sekarang ๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š

      Hapus
  4. ๐Ÿ˜ฐ๐Ÿ˜ฐ๐Ÿ˜ฐ

    BalasHapus
  5. Mantap, ujian nasional adalah salah satu hal yg buat saya ogah balik ke bangku sd, smp, dan smu ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

    BalasHapus
  6. Jadi ikut deg2an ๐Ÿ˜ keterima nggak yah di SMP favorit itu?

    BalasHapus