Senin, 02 April 2018

Passion


Sesekali ngomongin passion ya. Ini tentang saya, hehe. Sejak SMP saya suka pelajaran seni, dan yang paling menyenangkan adalah seni rupa. Teman sebangku saya bilang saya punya bakat seni rupa, yah karena dia selalu memperhatikan tugas gambar saya. Saya menikmati menggambar, menikmati lukisan-lukisan, dan katanya gambar saya lumayan. Tapi itu hanya menjadi bakat terpendam yang tak terasah, mau bagaimana lagi orang tua masih menganggap kesuksesan adalah deretan nilai delapan atau sembilan di raport. Saya sendiri bukan tipe anak pembangkang, jadi saya lebih memilih patuh,belajar dengan rajin agar mendapat nilai yang baik tiap semester. Lagipula zaman dulu fasilitas dan informasi tidak semudah saat ini, yang bisa diakses kapan saja dengan media internet. Keluarga kami juga bukan golongan orang berada yang mampu mengikutkan anaknya les disana sini. Akhirnya saya pun pasrah, dan hanya mampu menyalurkan bakat saya dalam tugas-tugas yang diberikan oleh guru kesenian rupa.

Saat SMA kelas dua ada acara dies natalis sekolah dan diadakan lomba lukis. Saya menjadi perwakilan kelas untuk mengikuti lomba tersebut dan hasilnya lumayan, saya juara dua, yeay. Tapi setelah itu, hanya menjadi kesenangan sesaat. Saya kembali berkutat dengan pelajaran dan mengejar rangking terbaik yang bisa saya dapatkan. Tibalah masa kelas tiga, saat paling mencekam dimana saya dituntut belajar lebih keras demi kelulusan dan lolos masuk universitas terbaik yang saya inginkan. Saat-saat menentukan jurusan yang akan dipilih adalah saat yg cukup menggalaukan. Sempat terpikir mengambil jurusan seni, tapi saat itu saya tak terpikir akan prospeknya di masa depan.Yah, saya sendirilah yang mematikan passion saya. Dan saya malah memilih jurusan informatika, dengan alasan prospek masa depan yang lebih menjanjikan dan grade yang tinggi. Apa yang terjadi kemudian? Selama kuliah saya merasa salah jurusan!! Tapi karena saya pantang mundur, jadilah saya berjuang dengan cara saya sendiri. Alhamdulillah bisa lulus walaupun molor dua tahun :D.

Lantas Allah menjodohkan saya dengan suami setahun sebelum kelulusan. Dengan segala aral rintangan yang kami hadapi, saya makin sadar bahwa Allah merencanakan sesuatu dengan menjodohkan kami. Ya kami dijodohkan dengan misi dariNya, sebuah misi peradaban yang tak akan terjadi tanpa rencana terbaik dari-Nya. Ini tentang passion saya, bakat terpendam yang selama ini tak pernah saya asah. Seiring waktu semakin berkembang, dengan alur yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Lulus dengan baby newborn membuat saya memilih fokus pada si kecil. Hingga usia si kecil menginjak kurang lebih dua tahun, saya mencoba belajar bisnis dengan bisnis multi level marketing (mlm), saya mendapat banyak ilmu dsana. Setahun berbisnis mlm saya pun berhenti dan memulai bisnis sendiri dengan mengandalkan iklan gratis dan promosi person to person. Sebelumnya saya sempat belajar membuat scrapframe dari kakak ipar saya. Saya tarik mundur lagi kakak ipar saya pernah melihat bahwa saya memiliki bakat seni saat saya iseng membuat sebuah lukisan yang katanya lumayan. Dan scrapframe inilah yang menjadi jualan saya, lebih tepatnya mahar scrapframe made by order. Sedikit-sedikit saya juga belajar manajemen bisnis, walaupun belum maksimal dalam penerapannya.

Seiring waktu kemampuan merangkai scrap ini semakin terasah, beranjaklah saya belajar seni decoupage yang sedang hits. Alhamdulillah responnya luar biasa. Saya mulai diminta mengisi beberapa pelatihan decoupage oleh berbagai komunitas. Mulai dari rumah belajar craft Institut Ibu Profesional (IIP), kawan-kawan SMA, hingga kawan-kawan kuliah yang ingin belajar seni decoupage ini. Alhamdulillah beberapa dari mereka kini bisa menjadi trainer decoupage atau bahkan menerima pesanan barang-barang yang telah dihias dengan seni deco. Kegiatan menerima pesanan scrap juga masih berjalan hingga menjelang kelahiran baby Hanna, untuk saat ini saya sengaja mengurangi intensitas menerima dan mengerjakan pesanan agar bisa fokus mengurus baby. Saya mulai menarik benang, bahwa mungkin memang inilah salah satu peran peradaban saya. Mengembangkan diri di bidang seni dan mulai berbagi. Ini bukan hanya tentang rupiah karena tidak terlalu banyak keuntungan yang saya ambil. Ini lebih tentang berbagi, bersosialisasi, memberi kemanfaatan bagi sesama, di sanalah saya temukan bahagia, alhamdulillah.

#Tantangan1
#KelasFiksi
#ODOPBatch5

15 komentar:

  1. Balasan
    1. Tapi jatuhnya malah nonfiksi ya...hahaha

      Hapus
    2. Huwaa..iyakah..hiks
      Yaudah besok coba lagi..
      Makasih mas Wakhid uda dikasih tau, beneran masi bingung mbedain F dan NF, hehe

      Hapus
  2. Pengalamannya menarik mba ๐Ÿ˜Š

    BalasHapus
  3. Menginspirasi nih kisahnya ๐Ÿ˜‡

    BalasHapus
  4. Mom super nih.
    Semangat berbagi bunda ^_^

    BalasHapus
  5. Kerenn mbak leska ๐Ÿ‘๐Ÿ‘

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah mbak Aisyah bisa saja, alhamdulillah mbak :)

      Hapus
  6. Selalu kagum sama mbak yang jago bebikinan kreatif ๐Ÿ˜†

    BalasHapus