Selasa, 06 Maret 2018

Bintang 3 mm - True, False, Don't Care

True, False, Don't Care


Pintu dibanting dengan keras, mamanya mencoba mengetuk namun terkunci dari dalam. Bapaknya serta saudari-saudarinya pun ikut mencoba merayu lelaki itu agar bersedia keluar kamar, namun nihil. Dia sedang bersedih, terlampau sedih untuk sekedar keluar kamar menunjukkan wajahnya. Baginya seorang lelaki pantang menangis, tapi dengan cobaan yang sedang menderanya dia tak mampu lagi menahan burai air mata yang membasahi wajahnya. Dia merasa telah melakukan segalanya, namun kenapa dia gagal? Harapan yang telah dipupuk dan diperjuangkannya telah kandas, dia merasa jatuh, terpuruk.

*****

Laki-laki itu seorang melankolis yang senang dengan kesempurnaan. Kehidupannya pun tak jauh dari satu kata, perfect. Dia begitu teratur dalam menata hidupnya, bekerja keras untuk mengejar kesempurnaan. Namun sekali saja ada yang meleset dari rencananya, dia akan panik. Ahmad, begitu dia dipanggil. Terlahir di keluarga yang berkecukupan menjadikannya lelaki yang manja, meskipun dia berusaha menampiknya.

Sejak dulu dia memiliki cita-cita untuk menjadi seorang dokter. Dia berusaha keras untuk belajar dan mempersiapkan diri menghadapi ujian masuk perguruan tinggi. Kawan-kawannya mengenalnya sebagai seorang pandai dan sangat teratur. Tak ayal mereka pun berdatangan ke rumahnya untuk belajar bersama dan menjadikannya tutor untuk menerangkan bab yang tiada mereka pahami. Karena baiknya, dia tidak menolak permintaan teman-temannya dan mengajari materi yang dia bisa.

"Ahmaad, besok itu kamu ujian. Kenapa kawan-kawanmu malah berdatangan minta diajari. Harusnya kamu itu banyak istirahat biar besok bisa maksimal pas ngerjakan soal," mama Ahmad mengeluh panjang lebar.
"Sudahlah ma, gak papa... Kan aku jadi bisa mengulang-ulang lagi pelajaran yang kupelajari. Jadi lebih nancep di kepala," Ahmad mencoba menenangkan mamanya.
"Yaudah, pokoknya jangan lama-lama. Kamu harus segera beristirahat," mamanya pun mengalah.

Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba. Ahmad duduk di bangku sebuah kelas mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi. Ada dua sesi ujian, dia mengerjakan dengan penuh percaya diri. Ahmad merasa telah berhasil melewati setiap soal yang sedang dikerjakannya. Di rumah pun dia mencoba mencocokkan jawabannya dengan kunci jawaban yang dimuat di sebuah koran nasional, dan sebagian besar jawabannya sudah benar. Dia yakin akan lulus.

Ternyata menunggu pengumuman kelulusan terasa lebih mendebarkan dibanding menunggu saat-saat ujian. Butuh waktu sekitar satu bulan hingga pengumuman kelulusan dimuat di koran. Saat membuka koran pun dibarengi dengan merapalkan berbagai doa agar namanya tercantumkan sebagai salah satu yang berhasil lolos.

Ditelusurinya daftar nama satu per satu di lembar pengumuman. Setelah selesai dibacanya satu halaman, namanya tidak ada. Diulanginya lagi menelusuri deretan ratusan nama itu satu per satu, dan nihil. Kepalanya seketika pening, dunia seakan berputar, harapan yang telah dipupuknya kandas begitu saja, hatinya hampa.

"Bagaimana? Apa namamu ada?" tanya mamanya.
"Tidak ada," jawabnya lirih.
"Apa?" tanya mamanya lagi seolah sudah salah dengar.
"Nggak ada Ma... Sudah jangan tanya-tanya lagi," seketika Ahmad berlari menuju kamarnya, membanting pintu, lantas menguncinya dari dalam.

#Onedayonepost #ODOPbatch5 #Tantangan7&8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar