Kamis, 08 Maret 2018

Bintang 3 mm - Void Main

Void Main


"Apakah aku sudah kalah?" tanya Ahmad pada dirinya sendiri.
"Tidak, belum, kau harus bangkit sekarang!" kalimat itu bergaung dalam hatinya dan dia mulai berusaha mengobati kesedihannya. Ahmad pun mencoba lebih aktif dalam kegiatan di masjid kampungnya. Dia bergabung dengan pemuda pemudi remaja masjid (remas) yang aktif menyemarakkan kegiatan di masjid.

Salah seorang kawannya di remas bernama Sudirman. Seorang pemuda yang begitu taat beribadah. Sudirman hampir tidak pernah absen shalat lima waktu di masjid atau mushola. Dia juga sering membantu marbot (pengurus masjid) untuk membersihkan lantai dan kaca masjid. Konon di sekolah dia juga termasuk bintang kelas. Usia Sudirman lebih tua setahun dari Ahmad. Namun keinginan Sudirman untuk melanjutkan pendidikan di bangku universitas harus dikubur dalam-dalam karena kondisi ekonomi. Lulus SMK dia terpaksa bekerja di sebuah pabrik demi membantu orang tuanya.

Ahmad merenungi nasib kawannya itu, sesungguhnya dia masih beruntung karena orang tuanya diberi kemampuan menyekolahkan di bangku universitas manapun. Ahmad pun mencoba mengulang satu kalimat yang baru saja terlintas di  benaknya.
"Aku bisa kuliah di manapun, tidak harus di kedokteran, asalkan kelak bisa menebar kemanfaatan lewat ilmu yang kudapat selama bangku kuliah, itu sudah cukup," ujarnya memotivasi diri sendiri.

Suatu hari, kawan-kawan Ahmad mengajak silaturrahmi dengan guru-guru SMA dan dia pun ikut. Saat sedang duduk bercengkerama dengan para guru, kawan-kawan Ahmad mulai menceritakan di universitas mana mereka diterima. Ada yang diterima di ITB, UI, UGM, UNAIR, ataupun ITS lewat jalur SPMB. Ketika giliran Ahmad, dia berkata, "maaf bu Guru, saya tidak lolos ujian SPMB," ujarnya lirih.

Bu Laksmi, guru PPKN Ahmad pun berkata, "kedatanganmu di sini merupakan sebuah kemenangan. Ketika banyak di antara kawan-kawanmu yang gagal ujian SPMB malu datang berkumpul bersama kawan-kawan dan gurunya, Engkau tetap datang dengan wajah terangkat. Kau hebat Ahmad," nasehat gurunya tersebut begitu menghujam di hatinya.

Ahmad mulai mencari info perguruan tinggi yang membuka pendaftaran setelah ujian SPMB. Salah satu yang menjadi pilihannya adalah ujian masuk Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Ahmad mulai mempersiapkan diri kembali hingga tibalah saat ujian dilaksanakan. Ahmad berusaha mengerjakan tes sebaik mungkin. Setelah tes selesai dia tawakkal kepada Allah dan berdoa semoga mendapatkan hasil yang terbaik.

Tidak membutuhkan waktu lama hingga tibalah waktu diumumkannya hasil ujian masuk PENS. Ahmad ikut mengantri di antara lautan manusia yang juga turut mengikuti ujian masuk PENS sebagaimana dirinya. Di papan pengumuman ditelusurinya satu per satu nama. Dan di urutan ke 67 tercantum namanya. Seketika Ahmad berlari ke mushola dan sujud syukur kepada Allah. Sungguh hal ini menjadi anugerah terbaik baginya. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, segala puji hanya padaMu Yaa Allah.

#Onedayonepost #ODOPbatch5 #Tantangan7&8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar