Selasa, 23 Januari 2018

Story About Me (part 2)



Tahun 2010 saya melihat kawan-kawan saya lulus, namun saya masih terkendala di TA yang belum selesai. Karena beban kuliah saya tinggal TA, akhirnya saya memutuskan untuk mulai bekerja, namun pekerjaan yang bisa dilakukan tanpa meninggalkan kuliah. Alhamdulillah saya diterima sebagai SPV asrama putri beasiswa ETOS Dompet Duafa. Saya menjalani kehidupan yang luar biasa selama menjalani amanah ini.

Beastudy Etos adalah salah satu program beasiswa untuk calon mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Sistem seleksinya mirip dengan bidik misi, para mahasiswa yang lolos seleksi akan mendapatkan bantuan uang masuk perguruan tinggi, uang spp, saku bulanan, dan asrama beserta pembinaan untuk mengembangkan diri. Tinggal seatap bersama para mahasiswi dengan background keluarga kurang mampu namun memiliki prestasi dan semangat tinggi untuk melanjutkan study dan mengangkat kondisi keluarga memberikan banyak pelajaran berharga bagi saya. Walaupun saya sebagai SPV asrama, sejatinya saya yang belajar banyak dari mereka. Saya belajar tentang kerja keras dalam keterbatasan, saya belajar kreativitas untuk meningkatkan taraf hidup dan penghasilan, dan tentu saja disiplin serta tanggung jawab. Di asrama kami dibiasakan untuk shalat berjamaah, saling membangunkan saat waktunya shalat malam, kajian setelah shubuh dengan mengkaji kitab-kitab dan hapalan, serta menjalankan piket dalam rangka menjaga kebersihan dan kenyamanan di asrama. Selain sebagai SPV saya juga diamanahi sebagai bendahara, di sini saya belajar mengelola keuangan dan membukukannya. Ada juga berbagai program pendampingan dan pengembangan diri untuk penerima beasiswa yang bisa saya ikuti yang tentunya memberikan banyak ilmu dan pengalaman bagi saya.

Setelah 8 bulan membersamai adik-adik Etos, sebuah babak baru kehidupan saya dimulai. Sebuah proposal dari seorang ikhwan diserahkan kepada saya oleh murobbi setelah hampir setahun saya mengumpulkan proposal nikah sebagai tanda bahwa saya siap berikhtiar mencari jodoh lewat jalur yang syar’i yakni taaruf. Saat itu bertepatan dengan bapak yang tiba-tiba mengatakan kepada saya akan memberikan lampu hijau untuk menikah walaupun sebelumnya beliau keukeh bahwa saya harus lulus sebelum menikah. Dan gayung bersambut, bapak langsung menyatakan iya begitu selesai membaca proposal sang ikhwan. Proses persiapan untuk pernikahan pun dilaksanakan dan di tahun 2011 saya resmi menjadi istri seorang ikhwan bernama Adnan Rachmad Anom Besari.


Suami saya bukanlah seseorang yang saya kenal sebelumnya, kami menikah berbekal tsiqoh pada murobbi dan takwa kepada Allah semata. Cita-cita kami adalah meniti biduk rumah tangga bersama, membentuk keluarga sakinah, mawaddah wa rohmah, istiqomah di jalan dakwah hingga berkumpul di surga. Kami ingin mendidik buah hati kami menjadi anak anak yang sholih sholihah yang tumbuh sebagai penerus estafet dakwah, menjalankan peran peradaban mereka dengan sebaik baik akhlaknya. Semoga Allah meridhoi kami sekeluarga dan memudahkan segala upaya kami untuk memberikan peran terbaik yang bisa kami persembahkan bagi peradaban.

#TantanganODOP1 #Onedayonepost #ODOPbatch5

2 komentar:

  1. perjuangan hidup yang luar biasa.
    sungguh... indah pada akhirnya bila hidup hanya untuk-Nya.
    Aamiin...
    tetap semangat di jalan dakwah mbak.

    BalasHapus