Minggu, 15 Desember 2019

Wanita Berhak Bahagia

Saya ikut sedih ketika membaca berita tentang wanita atau ibu yang menyakiti atau bahkan membunuh buah hatinya, dan kemudian bunuh diri. Seputus asa itukah mereka sehingga tega membunuh darah dagingnya sendiri, amanah Allah yang dititipkan dalam rahim mereka. Jika ada yang berkomentar, mereka kurang iman, saya kira tidak sepenuhnya itu benar. Ada aspek kesehatan mental yang banyak orang telah menjelaskan, terutama bagi ibu pasca melahirkan, dia rawan terkena post partum syndrome. Orang di sekitar ibu memegang peranan penting, terutama suami, terhadap kesehatan mental ibu ini. Ibu yang nekat mengakhiri hidupnya dan sang buah hati, di beberapa kasus dikarenakan suami yang meninggalkannya. Di lain kisah ada juga yang stress karena mertua yang selalu berkomentar si ibu tidak becus mengurus anak karena anaknya kurus, akhirnya sang ibu menggelonggong anak dengan air agar anak terlihat gemuk, malangnya justru tindakannya itu merenggut nyawa sang anak.

Sedih, sungguh sedih, dan saya tidak berharap hal ini terjadi pada ibu-ibu yang lainnya. Ibu berhak bahagia, seberat apapun cobaan yang menerpanya, ibu harus bahagia. Dan di tugas pertama kelas Bunda Cekatan ini, bu Septi mengangkat tema tersebut. Kami diminta melist semua aktivitas kami sebagai wanita, ibu, dan istri. Lantas membaginya menjadi empat kuadran, yakni:
1. Bisa dan tidak suka
2. Bisa dan suka
3. Tidak bisa dan suka
4. Tidak bisa dan tidak suka


Berdasar kuadran tersebut saya akan memasukkan aktivitas saya, sebagai berikut :
1. Bisa dan tidak suka
- memasak
- membersihkan rumah
- setrika
- mencuci piring dan baju
- membaca
- berjualan

2. Bisa dan suka
- berenang
- jalan-jalan bersama keluarga
- membuat handycraft
- menulis
- berpacaran dengan suami

3. Tidak bisa dan suka
- menyupir mobil
- memanah
- bela diri
- bahasa jepang
- travelling keluar negeri

4. Tidak bisa dan tidak suka
- programming


Saat sharing materi pertama ini, bu Septi menceritakan bahwa hal yang beliau bisa dan suka adalah main bersama anak-anak. Maka bu Septi menjadikan kegiatan ini sebagai patokan, jangan sampai kegiatan lain mengganggu kegiatan mainnya bersama anak-anak. Maka mulailah beliau menetapkan range waktu seven to seven, dimana kegiatan yang harus beliau lakukan namun tidak disuka harus selesai sebelum pukul tujuh pagi atau setelah pukul tujuh malam. Dengan menjalankan kegiatan yang beliau suka maka beliau selalu bahagia, dan ibu yang bahagia akan menularkan kebahagiaan kepada anak dan suaminya. Ada sebuah kalimat mutiara, anak tidak membutuhkan ibu yang sempurna, namun mereka membutuhkan ibu yang bahagia. Saya sangat sependapat dengan kalimat mutiara tersebut.

Saya berharap setiap ibu menyadari hal ini, bahwa dia berhak bahagia. Dengan menemukan apa yang membuatnya bahagia kemudian menjadikannya sebagai aktivitas sehari-hari. Terima kasih kepada bu Septi, atas sharingnya. Ilmu menjadi wanita, ibu, dan istri memang tidak diajarkan di sekolah, namun sangat diperlukan dalam menjalani kehidupan. Institut Ibu Professional yang beliau dirikan ini benar-benar telah menolong para wanita, ibu, dan istri untuk menemukan jati dirinya dan menjalankan perannya dengan sebaik mungkin. Bismillah, semoga saya mampu menggali ilmu di komunitas ini dan istiqomah menerapkannya dalam kehidupan saya. Dan tentunya, jangan lupa bahagia :).

#janganlupabahagia
#jurnalminggu1
#materi1
#kelastelur
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar